StatCounter

View My Stats

Kamis, 30 September 2010

MEMBANGUN BUDAYA PERPUSTAKAAN

Oleh: Eko Setyowardani, M.Pd.
Posting : Darwanto S.Sos

Pendidikan memerlukan dukungan dan penunjang diantaranya dengan adanya perpustakaan. Tentunya perpustakaan bukan hanya sekedar ruang tempat menitipkan hasil pemikiran orang dalam bentuk buku-buku, diktat-diktat yang tertata rapi, perpustakaan akan menjadi tempat yang bisu dan mati bila mana didalamnya tidak dimasuki manusia yang membawa spirit dari ruh kreatifitas yang selalu mengalir. Kita harus sadar bahwa peradaban suatu bangsa ditentukan oleh percintaan manusia dengan ilmu yang berserak pada buku.
Perpustakaan merupakan ruang yang dinamis, dengan karya-karya yang membangun peradaban kemanusiaan. Suasana didalamnya ada nafas kehidupan dari tumbuhnya sulur-sulur pengetahuan yang menghentak semangat supaya menjadi manusia yang maju. Imam Ali khoemeni menyatakan semoga ada suatu masa senjata-senjata berubah menjadi pena. Sebab senjata hanya akan membunuh manusia dan pena-pena akan menghidupkan kemanusiaan. Pena-pena mengawetkan pemikiran berguna
menjadi hal yang dapat diwariskan. Dalam hal ini Bukan hanya sekedar mengawetkan peradaban rasional, sekaligus juga mengawetkan kebudayaan ruhani yang pantas diwariskan dari generasi ke generasi.
Menurut pandangan Qodri Azizi (2003) budaya Hollywood lebih meracuni masyarakat dunia ketiga dari pada budaya perpustakaan. Budaya perpustakaan ini dimaksudkan bukan hanya sebatas kebiasaan orang suka keperpustakaan. Tapi juga meliputi hal-hal yang sangat positif, meliputi antara lain, kerja keras, sikap disiplin,
kejujuran, penghargaan terhadap kerja/ karya orang lain, optimistis, kemandirian, kesungguh- sungguhan, tanggung jawab, law enforcement, ketaatan terhadap peraturan dan semacamnya. Ada sebuah penelitian di Prancis budak-budak Aljazair setiap pengetahuan mereka bertambah dalam kemampuan baca tulis wajah mereka di foto dan diteliti ternyata wajah meraka nampak lebih indah dari waktu ke waktu. Kesimpulannya dapat diketahui bahwa ada korelasi antara pengetahuan dan keindahan, ternyata semakin
pengetahuan mereka bertambah semakin indah wajah mereka. Dengan pengetahuan rasa percaya diri mereka menjadi lebih beralasan dan sifatnya lebih permanen.
Kemajuan peradaban dan kebudayaan bangsa-bangsa tidak lepas dari hasanah kepustakaan yang menjadi sumber kekuatan rohani. Sebuah pepatah Inggris mengatakan " A book is like garden carried in the pocket". Buku diibaratkan seperti taman di dalam kantong. Buku memang bagaikan pohon yang sarat buah-buahnya, yang tidak henti-hentinya untuk dipetik dan digunakan. Buku bagi peradaban manusia adalah anugrah yang hebat dengan membaca manusia dapat melakukan petualangan memahami makna. Membaca dan menulis bagi manusia adalah perjalanan penemuan seperti kehidupan itu sendiri.
Sebuah buku punya banyak sekali kemungkinan diantaranya buku dapat menolong kita dalam kebutuhan jiwa. Dengan diketemukannnya buku menurut Milburga (1992) informasi-informasi yang lalu lalang dapat berjalan lancar, antar manusia antar tempat, antar kurun waktu sejarah, antar bangsa. Buku buah pikiran yang berguna bagi manusia, tidak tersapu oleh waktu, dilestarikan untuk dipelajari lagi, diperkembangkan lagi, lalu disempurnakan lagi, demikian seterusnya tiada hentinya. Buku juga merupakan ilham yang membentuk jalannya sejarah bahkan mengarahkan jalannnya sejarah.

Khazanah Perpustakaan
Pertama: sebagai mata rantai yang menghubungkan sejarah, yaitu harta karun batin yang berupa karya sastra, buah penemuan ( filsafat, teknologi), peristiwa-peristiwa besar sejarah dapat dipelajari dan dihayati sampai saat ini. Kemudian apabila Pemikiran Ibnu Sina seorang pakar kedokteran tidak dilestarikan dan dirawat diperpustakaan, kita tentunya mempertanyakan nasib dunia kedokteran. Pendeknya lewat bacaan dalam perpustakaan ilmu pengetahuan dapat berkembang karena orang yang membaca akan kembali mempertanyakan, mendialogkan, dari proses dialektika dari buku-buku yang dibaca akan muncul pemahaman dan pengetahuan baru.
Kedua: Perpustakaan memberi akar bagi kehidupan saat ini dalam arti, sebagaimana kita ketahui kebutuhan manusia modern saat ini adalah tuntutan atas kebutuhan informasi. Saat ini kita masuk dalam ruang simulacra, dimana informasi yang datang kepada kita datang begitu cepat, sehingga kita sulit membedakan antara nyata dan maya. Tanpa informasi ataupun ketinggalan informasi dapat menyebabkan manusia terpencil dan perasaan terasing. Disinilah perpustakaan memainkan peranan besar.
Dari beberapa pandangan perpustakaan sebagai sumber informasi saat ini tidak hanya diperoleh secara verbal dari buku-buku saja. Tapi informasi dapat juga diperoleh melalui audio visual. Kita tentunya tahu tebal dan berjilid-jilidnya Enssiklopedia Britanica, saat ini dapat diakses tanpa harus berjuang dengan mengangkat buku-buku tebal, teknologi computer memberi percepatan manusia meraih kepandaiannya. Bahan-bahan koleksi perpustakaan dunia modern diantaranya (1) buku teks, buku referens. (2) terbitan berkala (majalah, jurnal). (3) koleksi audio visual ( microfilm, pitakaset/piringan hitam, video, tv, computer dalam koleksi dalam file sehingga mudah diakses . Perpustakaan mengajak manusia untuk bersikap terbuka, setiap penemuan dan setiap pemikiran menjadi milik bersama. Ini tentunya sesuai dengan filosofi para pencari ilmu, bahwa orang kalau hanya bertukar buah apel masih
masing-masing hanya akan dapat satu apel, tapi kalau orang saling bertukar ilmu, tentunya masing-masing akan bertambah pengetahuannya, baik itu pengetahuan pokoknya maupun sampingannya.
Ketiga : membimbing untuk melangkah ke masa depan. Dapat dibayangkan beratnya para siswa/ mahasiswa bila tidak ada pelayanan pustaka, ataupun masyarakat secara umum. Bilamana kebutuhan kita akan wawasan dan pengetahuan harus mengeluarkan budget yang mahal. Perpustakaan merupakan vasilitas bersama, yang diharapkan dapat mengembangkan dan membimbing potensi diri manusia sehingga tidak menjadi sia-sia.
Membangun budaya perpustakaan sebagai alternatif supaya kita sebagai bangsa punya daya saing, dan mempunyai taring yang berupa wawasan keilmuan dan teknologi. Kita harus mewujudkan "knowledge is power" kita juga harus merombak sikap mental dan membangun idealisme, diantaranya adalah dengan berani mengelola dan mengasah potensi diri, berani mengatasi kelemahan, selalu berusaha melakukan yang terbaik, serta membuat sesuatu yang berharga.
Rasulullah SAW, mengatakan bahwa orang yang paling cerdas adalah orang yang selalu mengingat mati. Dalam hal ini berarti kehidupan kita ada batas, dan kita ditantang untuk meningkatkan mutu hidup kita, dari waktu-kewaktu. Kita makhluk manusia diberikan sarananya yaitu senantiasa belajar. Dan perpustakaan menjadi salah satu media bagi peningkatan nilai manusia kita.

Menumbuhkan minat baca
Kebutuhan kita pada pengetahuan bukan sekedar kebutuhan untuk menumpuk atau mengumpul ilmu. Pada dasarnya itu merupakan pengluasan dari dalam yaitu pengluasan akal dan jiwa kita. Bacaan yang kita baca tanpa kita sadari dapat melandasi sikap dan perkembangan karakter manusia. Manusia yang suka membaca berarti ia punya potensi untuk senantiasa belajar, ada proses terus menerus yang dapat menopang keberadaannya. Kemampuan manusia perlu di up grade setiap waktu agar tidak menurun kapasitas kemampuannya. Ada yang mengatakan bila orang yang mempunyai standar pendidikan standar S-1, dalam waktu satu tahun tidak ada penambahan wawasan, maka kemampuan berfikirnya dapat turun setingkat dengan anak SMA, bahkan lebih parah lagi.
Membaca adalah habit suatu kebiasaan yang harus ditanamkan sejak dini. Kita dapat juga membuat motto tersendiri untuk menumbuhkan minat baca seperti " siapa yang tidak pernah membaca dia akan kehilangan segalanya". Kita juga dapat merubah hadiah -hadiah sejenis boneka pada anak kita dengan buku-buku cerita tauladan ataupuan seri pengetahuan. Dari sini kita dapat dua sekaligus menanam kasih saying dan menyuntikan saham pengetahuan.
Di atas penulis katakan membaca seperti proses kita makan, ada makan berat ada juga makan dengan pola ngemil. Demikian juga dengan membaca, ada membaca dengan berat ada membaca ngemil. Membaca berat memang kita serius untuk membaca, membaca ngemil berarti kita meluangkan waktu 3-5 menit untuk membaca beberapa halaman buku, biasanya ini dilakukan di waktu senggang. Tentunya kita percaya bahwa orang yang suka ngemil bukan berarti tidak punya potensi untuk gemuk.

Kendala
Penulis wanita Jerman yang bernama Maryam Jamilah, dalam pandangannya pada orang Indonesia, orang Indonesia khususnya wanitanya lebih suka beli baju dari pada membeli buku. Tentunya kita sepakat untuk setuju. Berdasarkan data studi yang memusatkan perhatian kemampuan membaca di 32 negara, Indonesia menduduki peringkat ke 28. Finlandia menduduki tempat teratas, diikuti Amerika Serikat dan beberapa Negara Eropa Barat dan Jepang sampai peringkat sembilan. Berdasarkan kenyataan di atas dapat kita gambarkan peta kita sebagai bangsa dikatakan bahwa ras Kaukasoid dikatakan sebagai ras penemu, ras Asiatik Mongoloid dikatakan sebagai bangsa yang menginovasi dan bangsa Malayan Mongoloid dikatakan sebagai bangsa yang hanya pandai mengkonsumsi.
Terdapat banyak pandangan yang menjadi alasan kenapa suatu bangsa dapat menjadi bangsa yang maju dan mempunyai harga diri, alasan yang pertama disebabkan karena bangsa itu terdiri dari bangsa yang homogen seperti bangsa Jepang, tapi ternyata pandangan ini dipatahkan dengan kenyataan bahwa bangsa Fiji mempunyai suku bangsa yang homogin tapi ternyata bangsa ini tidak maju. Teori yang kedua menyatakan bahwa suatu bangsa dapat maju bila negaranya kecil seperti Singapura, tapi ternyata Negara Chad , Timor-Timur tidak mengalami kemajuan.
Pandangan yang ketiga menyatakan bahwa kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh aspek mental yang melekat pada diri manusianya, yaitu adanya need of achievement, adanya keinginan untuk berprestasi inilah yang menggerakkan etos suatu bangsa untuk selalu mengembangkan inovasi dan berprestasi, ada pernyataan yang mengatakan bahwa didalamnya terdapat perbaikan yang terus-menerus (never ending Improvement).
Dijelaskan bahwa dari satu juta penduduk Indonesia baru 63 yang dapat mengambil Doktor, Bangsa Amerika dari satu juta penduduknya 5000 yang bergelar Doktor, bangsa yahudi 16.200. Coba kita bandingkan betapa parahnya kita mengalami dehidrasi intelektual.
Dari data tersebut dapat kita ketahui bahwa budaya baca di Indonesia masih rendah. Dengan kata lain budaya baca belum tertanam pada masyarakat Indonesia . Budaya membaca masih dikalahkan budaya makan, hal ini juga melanda pada kalangan
keluarga mampu. Keluarga kaya lebih suka memadati restoran dari pada toko buku. Buku belum dianggap sebagai kebutuhan hidup sebagaimana halnya dengan makan dan kesehatan. Membaca buku bagi masyarakat kita belum merupakan komoditas dan bagian dari kebutuhan hidup. Semua ini karena rendahnya kesadaran akan manfaat dan efek membaca. Jika kondisi tetap demikian tentunya berat bagi bangsa Indonesia untuk meningkatkan daya saing bangsa. Wassalam.*

Tidak ada komentar: