StatCounter

View My Stats

Selasa, 07 Juni 2011

Daftar Perpustakaan Online Di Indonesia

I. Daftar Perpustakaan Online Perguruan Tinggi di Indonesia
  1. Perpustakaan STAN
  2. Perpustakaan Universitas Airlangga
  3. Perpustakaan MMUGM
  4. Perpustakaan UII
  5. Perpustakaan UGM
  6. Perpustakaan ITB
  7. Perpustakaan UI
  8. Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS)
  9. Perpustakaan Gunadaarma
  10. Perpustakaan UPI
  11. Perpustakaan Universitas Sumatera Utara
  12. Perpustakaan UNIKA Atma Jaya
  13. Perpustakaan IPB (Berisi koleksi2 terkait Pertanian, Peternakan dan Koleksi UMUM)
  14. Perpustakaan Teknik Geologi UGM
  15. Perpustakaan Universitas Surakarta
  16. Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Lancang Kuning Riau
  17. Perpustakaan Prodi Ilmu Keperawatan UNDIP
  18. Perpustakaan Akademi Kebidanan Bakti Utama Pati
  19. Perpustakaan Jurusan Perikanan UNDIP
  20. Perpustakaan Universitas Paramadina Mulya
  21. Perpustakaan STAIN Kediri
  22. Institut Bisnis dan Informatika Indonesia
  23. Perpustakaan Fakultas Ushuludin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
  24. Universitas Bangka Belitung
  25. PERPUSTAKAAN Universitas Negeri Malang
  26. Perpustakaan Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya
  27. Perpustakaan Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti
  28. Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM
  29. Perpustakaan Universitas Ahmad Dahlan
  30. Perpustakaan Universitas Negeri Jakarta
  31. Perpustakaan Digital Universitas Tarumanagara
  32. Perpustakaan Fakultas Kedokteran UGM
  33. Universitas Kristen Satya Wacana
  34. Perpustakaan Universitas YARSI
  35. Perpustakaan Umi Indonesia Makassar
  36. Perpustakaan UPN “Veteran” Yogyakarta
  37. Perpustakaan UNDIP
  38. Perpustakaan IAIN Sunan Ampel Surabaya
  39. BINUS UNIVERSITY :: LIBRARY & KNOWLEDGE CENTER
  40. Perpustakaan Digital Universitas Trunojoyo
  41. Perpustakaan Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional Yogyakarta
  42. Perpustakaan | Universitas Al Azhar Indonesia
  43. Perpustakaan UKDW
  44. Perpustakaan Universitas Nasional
  45. PERPUSTAKAAN Instititut Teknologi Sepuluh Nopember
  46. Perpustakaan Universitas Mercubuana
  47. Perpustakaan Online STMIK & AMIK LOGIK
  48. Perpustakaan Digital Universitas Widyatama
  49. Perpustakaan Universitas Lambung Mangkurat
  50. PERPUSTAKAAN MST UGM
  51. Perpustakaan UIN Sultan Syarif Kasim
  52. PERPUSTAKAAN Universitas Jenderal Soedirman
  53. Perpustakaan Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta Institut Agama Islam Tribakti (IAIT) Kediri
  54. Perpustakaan Universitas Padjajaran Bandung
II. Daftar Perpustakaan Online Sekolah Lanjutan Tingkat Atas dan
Sederajat (SLTA/SMK,dll)
  1. Perpustakaan SMA 1 Pare Kediri
  2. SMA Negeri 1 Gresik
  3. Perpustakaan SMA 5 Solo
  4. Perpustakaan SMA Plus PGRI Cibinong
  5. Perpustakaan SMAK St. Albertus Dempo Malang
  6. Perpustakaan SMA Sutomo 1 Medan
  7. Perpustakaan Online – Sistem Informasi Perpustakaan SMA N 3 Kuningan
  8. SMA 14 Semarang Sistem Perpustakaan Online
  9. Perpustakaan SMA 1 Purbalingga
  10. Perpustakaan SMA N 1 Cilimus
  11. Perpustakaan SMA Plus PGRI Cibinong
  12. PERPUSTAKAAN ONLINE SMAN 7 MALANG
  13. Perpustakaan SMAN 2 Ciamis Online
  14. Perpustakaan Online SMA N 2 Jayapura
  15. KATALOG PERPUSTAKAAN – SMA KHADIJAH SURABAYA
  16. Perpustakaan SMAN 1 Wonogiri


III. Daftar Perpustakaan Online Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama (SLTP/MTs,MAN, dll)

IV. Daftar Perpustakaan Online Sekolah Dasar dan Sederajat
(SD/MI,MIN, dll)
  1. Perpustakaan SD Muhammadiyah 1 Wirobrajan Yogyakarta
  2. Perpustakaan SD Jomblangan Banguntapan Bantul Yogyakarta

V. Daftar Perpustakaan Online Pondok Pesantren di Seluruh Indonesia
  1. Perpustakaan Pondok Pesantren Maslakul Huda
VI. Daftar Perpustakaan Online Lembaga Pemerintah di Indonesia
  1. Perpustakaan Kementrian Negara Lingkungan Hidup
  2. Perpustakaan Nasional
  3. Perpustakaan Departemen Kesehatan
  4. Perpustakaan Dinas Pendidikan Pangkal Pinang
  5. Perpustakaan Balai Besar Penelitian Dipterokarpa (B2PD) Samarinda
  6. Perpustakaan Umum Kabupaten Pekalongan

VI. Daftar Perpustakaan Online Lembaga NON Pemerintah di
Indonesia
  1. Perpustakaan ICW
  2. Perpustakaan LKIS Yogyakarta

Senin, 06 Juni 2011

PERPUSTAKAAN DIGITAL SEBAGAI SOLUSI KETERBATASAN AKSES INFORMASI

PERPUSTAKAAN DIGITAL SEBAGAI SOLUSI KETERBATASAN AKSES INFORMASI

A. LATAR BELAKANG
Jum’at itu tepatnya pada jam 10.15 Prof. Tompul mengakhiri sesi presentasi perkuliahan fisiologi tumbuhan. Seperti biasa, beliau memberikan “oleh-oleh” kepada mahasiswa. Paper dengan topik yang telah ditentukan dibagi sesuai kelompok. Nadia bersama rekan kelompok harus dapat menyelesaikan dalam 1 minggu. Ternyata bukan cuma MK (mata kuliah) fisiologi saja yang membebankan tugas kepada Nadia dan teman-temannya. Setidaknya sudah 4 MK yang telah memberikan tugas paper kepada Nadia dan teman. Itupun belum termasuk 7 laporan praktikum yang mesti dikerjakan setiap minggu (kasus 1).
Nadia CS segera bergegas menuju perpustakaan jurusan setelah mendapatkan tugas tersebut. Setelah Nadia agak jenuh melihat hamparan buku di dalam 1 ruang, Nadia mengamati orang disekitarnya. Ternyata teman-temannya sekelas juga melakukan kesibukan mencari buku. Seperti biasanya, Nadia CS harus meluangkan waktu banyak untuk mencari buku demi buku dan membuka halaman demi halaman. Ini semua demi teks yang sesuai dengan topik tugas dari pak Tompul. Sialnya, sudah hampir 3 jam Nadia CS masih belum mendapatkan referensi yang cukup untuk menyelesaikan tugas dari pak Tompul (kasus 2). Peristiwa ini sangat mirip dengan ratusan hari kemarin selama beberapa bulan sebelumnya.
Nadia CS telah memastikan mereka detik itu harus keluar dari perpus jurusan dan bergegas menuju perpustakaan pusat di jantung kampus UB. Nadia CS dalam 5 menit telah sampai di penitipan barang perpus UB. Setibanya, salah satu dari teman nadia langsung memencet tombol-tombol di keyboard komputer perpus pusat. Dia ingin memastikan dimana lokasi buku yang mereka buru. Alhamdulillah, katalog buku di komputer perpus mencatat 2 judul buku yang sesuai dengan topik. Seketika itu mereka berhamburan menuju rak buku. Alamak, lagi-lagi mereka tidak memperoleh teks yang mereka harapkan. Ternyata buku yang mereka cari tidak ada. Dengan tetap menjaga perasaan harap, mereka menuju rak tumpukan buku sementara. Rak ini khusus menampung buku-buku dengan traffick tinggi yang sering dipinjam mahasiswa.
Seperti dugaan sebelumnya, 2 buku memang sudah dipinjam. Selang ½ jam berikutnya, sekali lagi mereka harus kecewa untuk yang kesekian kali (kasus 3).Nadia CS dengan berat hati akhirnya memutuskan untuk menunda mengerjakan tugas pak Tompul. Mereka menggunakan jurus dari kakak-kakak kelas, jurus “wait n see“. Jurus ini mempunyai 2 kaidah berbunyi. Kaidah ke-1 berbunyi, “ngapain mencari sendiri tinjauan pustaka, nyontek aja dari teman”. Kaidah ke-2 berbunyi, “Tunggu 1-2 sebelum deadline, pasti ada yang udah ngerjain”. Satu  hari sebelum deadline tugas diserakan, Nadia CS berburu contekan dari teman-teman berduit yaitu teman-teman yang berkecukupan membeli buku-buku sesuai MK yang diambil.
Dengan jurus Wait n see, Nadia CS tidak perlu menggunakan kesadaran dan otak dalam proses pengerjaan tugas. Mereka cukup menduplikasi dan copy paste karya teman-temannya (kasus 4). Alhasil, mereka bisa menyerahkan tugas tepat waktu. Sayangnya, mereka tidak memahami apa “isi” dari tugas mereka. Ketika waktu berlalu dan semester berjalan, mereka tidak mengingat pengetahuan hingga level “apapun” dari tugas. Percaya atau tidak percaya, peristiwa ini telah terjadi dan dialami ratusan hingga ribuan mahasiswa UB. Bukan cuma 1-2 generasi, bahkan dialami lintas generasi dan lintas jurusan.Nadia dan teman-temannya dalam hati sering mengeluh. Sebenarnya bagi mereka tidak merasa malas untuk mengerjakan tugas-tugas dari kuliah maupun praktikum. Mereka pun tidak menginginkan menyontek dari teman. Mereka ingin benar-benar mendapatkan pengetahuan seoptimal mungkin dari kampus. Kondisi dan situasi memaksa mereka untuk melakukan jalan pintas dengan menyontek tugas.
Nadia CS bukanlah satu-satunya mahasiswa di UB yang mengalami hambatan akses buku. Ratusan bahkan ribuan mahasiswa UB diluar sana mengalami kesedihan ketidak tersediaan fasilitas referensi representatif. Saya pernah mengalami semester berat pada 3 tahun awal perkuliahan terutama semester 3. Bagi mereka yang mengambil 24 SKS dengan 8 praktikum dalam 1 semester, semester itu adalah semester yang berat dan sarat perjuangan.
B. PERMASALAHAN
Dari ilustrasi cerita diatas, kita mengidentifikasi beberapa permasalahan pada perpustakaan UB yaitu :
  1. Tugas yang banyak membutuhkan ketersediaan referensi yang representatif dan proporsional (kasus 1).
  2. Kebutuhan referensi tinggi tetapi ketersediaan akses referensi terbatas dan kurang proporsional bila dibandingkan dengan kuantitas mahasiswa UB (kasus 2 & 3 ).
  3. Keterbatasan akses referensi menyebabkan kekecewaan yang berujung kemalasan mengerjakan tugas (kasus 4).
Apabila diuraikan lagi lebih detail akan diperoleh beberapa sub permasalahan dari ke-3 rumusan masalah diatas yaitu :
  1. Banyak buku menumpuk di rak sementara yang tidak berada di rak asal.
  2. Sistem informasi perpustakaan UB tidak menyediakan informasi kondisi buku ready stock/ in inventory/ tersedia atau out/ borrow/ keluar.
C.  SOLUSI
Saya akan berusaha menawarkan alternatif solusi untuk mengatasi permasalahan berdasarkan ilustrasi cerita diatas. Solusi yang ditawarkan adalah penerapan Perpustakaan Digital (Digital Library) atau PD. Kita harus mengakui dengan jujur bahwa perpustakaan pusat UB sudah mulai “mengarah” ke arah perpus digital. Bagi saya perpus pusat UB belum dapat 100% dikategorikan perpustakaan digital karena belum memenuhi kriteria perpus digital. Perpustakaan digital mereposisi peran faktor where, when, who dan how. Perpustakaan digital setidaknya memiliki beberapa karakteristik, yaitu :
  1. Tidak butuh kertas dan tinta
Perpustakaan konvensional (PK) mewajibkan penggunaan media kertas dan tinta untuk menyimpan informasi. Atau dengan kata lain tanpa kertas dan tinta, informasi tidak dapat disimpan dan digunakan pada saat dibutuhkan. Ini berbeda dengan PD. PD dikerjakan untuk mengoptimalkan kemampuan teknologi menyimpan informasi dalam bahasa biner. Kita tidak perlu lagi menebang hutan (kayu sebagai bahan pulp/ kertas mentah) untuk menyimpan informasi, peristiwa dan warna-warna dunia. Cepat atau lambat, PD akan mengurangi bahkan menggeser peran perpus konvensional. Kertas dan tinta bisa jadi cuma digunakan untuk lembar-lembar keputusan dan kebijakan.
Salah satu contoh nyata pergeseran media penyimpanan informasi di dunia adalah semakin tidak lakunya Britanica Encyclopedy ketika Microsoft melauncing MS Encharta. Jutaan halaman kertas digantikan dengan 3-5 keping CD. Ensiklopedi konvensional melulu mengandalkan indera penglihatan dan peraba karena buku cuma bisa digunakan dengan dilihat dan diraba. Ensiklopedi ini juga berat dan menghabiskan tempat di rak sebab minta ampun tebalnya. Ensiklopedi digital mengatasi berbagai permasalahan itu. Ensiklopedi konvensional tidak bisa menyajikan video dan permainan edukasi yang interaktif sebagaimana ensiklopedi digital. Ensiklopedi konvensional akan menjadi sangat tidak praktis jika dibawa kemana-mana. Ensiklopedi konvensional bisa menjelaskan suara anak burung kelaparan berbunyi, “cuit, cuit”. Ensiklopedi digital bisa menampilkan video ibu burung yang menyuapi anak-anaknya.
Berikut tabel perbandingan Britanica Encyclopedy dengan MS Encharta.
No Parameter Britanica Encyclopedy MS Encharta
1 media kertas dan tinta kepingan CD, Hard Disk
2 Volume besar minim
3 Multimedia visual Visual & Audio
4 Harga mahal terjangkau
5 Jumlah isi besar Sangat besar
6 Revisi dan update cetak ulang Tidak perlu cetak ulang
Saya sangat merekomendasikan untuk melihat MS. Encharta. Dengan melihatnya, anda bisa langsung membayangkan seperti apa perpustakaan digital.
  1. Online dan buka 24 jam
Perpustakaan digital mempunyai fungsi yang tidak dibayangkan dimasa lalu. PD mempunyai karakteristik online artinya dapat diakses dimana saja (anywhere) dan oleh siapa saja (anyone). PK mensyaratkan anda harus benar-benar hadir diperpustakaan itu berlokasi. Karena perpustakaan pusat UB yang terletak di jantung kampus UB maka anda harus berada di dalam perpus pusat UB untuk mendapatkan akses informasi yang anda butuhkan. Bandingkan dengan PD, anda bisa memperoleh informasi yang disediakan perpus UB meski anda di kost Sumbersari, kost Kerto bahkan jika kita berada di Papua atau negara asing. Sambil mengaduk secangkir kopi hangat dan merebus sebungkus mie instan, kita mendownload artikel dari bank data perpus untuk mengerjakan skripsi. Dengan PD, faktor where yang membatasi akses akan semakin dieliminasi.
Perpustakaan digital memungkinkan anda untuk memperoleh akses informasi tanpa harus menjadi member perpus tersebut. Ketika anda membutuhkan jurnal ilmiah dari USA, anda tidak perlu mendatangi negara USA untuk bisa masuk kedalam perpus itu. Kalaupun harus menjadi member, proses registrasi tidak mengharuskan anda hadir secara fisik untuk administrasi member. Anda cukup mengisi formulir yang tersedia dalam situs resmi perpustakaan tersebut.  Untuk menjadi anggota perpus UB, anda tidak harus menjadi mahasiswa UB. Dengan PD, faktor who tidak menjadi sebegitu penting seperti dikala lalu.
Perpustakaan digital tidak pernah tidur dan buka 24 jam per hari (anywhen) karena sistem informasi meminimalkan keterjagaan mata manusia menjaga operasional perpustakaan. Setahu saya belum ada perpustakaan di Indonesia yang buka 24 jam. Kalaupun ada perpus dengan servis 24 jam, dibutuhkan ekstra karyawan untuk shift kerja.  PD dengan sistem informasi terotomatisasi memungkinkan data dapat diakses selama 24 jam. Tidak ada keluhan lelah, ngantuk dan bosan dari karyawan penjaga perpus. Dengan PD, faktor when sebagai pembatas waktu kian tak terbatas.
Ensiklopedi Wikipedia.com adalah contoh gudang informasi yang dapat diakses 24 jam dan menyediakan beragam bahasa termasuk bahasa Indonesia.Perpustakaan digital menjamin buku selalu ready stock meski pada saat yang sama dibaca 1 juta orang. Kira-kira apa yang terjadi jika 100 mahasiswa UB membutuhkan buku dengan judul yang sama ?. Proses (anyhow) memperoleh akses informasi kian dipermudah. Anda tidak perlu kuatir buku lecek dan kusam jika menggunakan PD. Penggunaan warna menarik tidak menjadikan harga akses lebih mahal sebagaimana PK. Buku yang menggunakan tinta warna lebih banyak tentunya mempunyai harga lebih mahal daripada buku hitam putih. Laksana mobile phone hitam putih dengan tipe berwarna dan resolusi layar pixel yang tinggi.
Apabila anda membutuhkan suatu informasi, anda cukup  masukkan kata kunci ke search engine ke situs perpus digital itu. Seketika, anda disajikan judul maupun isi data yang sesuai dengan kata kunci. Bandingkan dengan PK, anda harus menghabiskan waktu berjam-jam untuk membuka lembar demi lembar buku untuk menemukan informasi yang anda butuhkan.
Kombinasi pelayanan PD dan PK memberikan tawaran banyak cara untuk mendapatkan akses menuju gudang infomasi. Dengan PD kita tidak perlu membongkar-bongkar arsip yang berdebu 5-10 tahun lalu ketika membutuhkan sebuah peristiwa dimasa lampau. Kita tidak perlu stres mencari skripsi kakak kelas 5-10 tahun lalu. Skripsi dengan judul yang sama sangat bisa dihindari. Dosen bisa mengecek di PD kampus UB, apakah judul yang diajukan mahasiswa bimbingannya sudah ada yang pernah meneliti atau belum.
Perpustakaan pusat UB telah mengikrarkan diri sebagai salah satu digital library. Ketika saya mencoba mengakses informasi dari luar perpus pusat UB, ternyata tidak banyak informasi yang bisa kita dapatkan. Informasi yang tersedia lebih bersifat mempromosikan perpus pusat UB seperti struktur organisasi, foto kegiatan dan koleksi (judul & pengarang), dll. Padahal beberapa perpustakaan PTN lain sudah mengonlinekan jurnal-jurnal ilmiahnya. Sebagai contoh IPB yang sudah berani mempublikasikan laporan tesis dan disertasi.
Tulisan diatas menjelaskan kriteria yang perlu dipenuhi oleh perpustakaan digital. Kriteria perputakaan digital tersebut bersifat konseptual.
Berikut langkah-langkah kongkrit yang bisa diambil untuk menuju PD, yaitu :
1. Tinta menuju biner
Mentransformasi atau memindah  informasi, pengetahuan maupun artikel yang tersimpan dalam goresan tinta pada kertas. Informasi itu bisa tertulis dalam buku, skripsi, tesis, disertasiInformasi dipindah ke bahasa biner, bahasa yang digunakan dalam dunia digital. Keberadaan perpustakaan digital tidak serta merta memusiumkan koleksi buku di perpus pusat UB. Keberadaan PK tetap diperlukan layaknya pasar tradisional dan supermarket tetap diperlukan meski telah banyak perusahaan dot.com menawarkan belanja secara maya.
2. Pemindahan bertahap
Proses pemindahan informasi dilakukan secara bertahap disesuaikan berdasarkan skala prioritas. Prioritas tertinggi diurutkan berdasarkan : a.      frekuensi peminjaman (sering dipinjam ? jarang dibaca)b.      buku utama (buku utama Mata kuliah ? buku penunjang/umum)c.       kuantitas (terbatas/sedikit ? banyak)d.      kualitas (excellent ? not too bad, asing ? indonesia atau sebaliknya)e.      umur (tua/lama ? muda/kontemporer), dll.
3. Dikerjakan PC
Metode yang dapat diaplikasikan untuk memindah informasi dari buku ke data digital bisa beragam. Berikut 2 metode yang dapat dipakai, yaitu :
a. Manual Metode
manual memaksimalkan potensi manusia (hardskills) untuk memindah data. Orang mengetik satu huruf per huruf berdasarkan teks tertulis pada buku. Sedangkan gambar discan dan disimpan ke bank data. Metode ini memiliki keuntungan yaitu tidak membutuhkan biaya lebih banyak karena tidak perlu membeli alat baru. Sedangkan kelemahannya yakni membutuhkan waktu sangat lama, tenaga manusia banyak, rawan kesalahan dalam pengetikan dan dibutuhkan editing yang menyita waktu & rumit guna mengecek editorial ketikan.b. OtomatisMetode otomatis mengoptimalkan potensi gadget dan meminimalkan keterlibatan manusia (softskills).
Gadget yang dimaksud adalah scanner. Sekarang telah tersedia scanner khusus misal produksi Canon (maaf, serinya lupa) yang dapat membaca gambar beserta tulisan/ huruf. Tatkala kita tinggal menyecan suatu halaman, kalimat bisa disimpan dalam format doc (MS Word), txt (notepad) dll. Sehingga bisa langsung dimasukkan kedalam halaman situs PD. Metode ini memiliki keuntungan yaitu kebalikan dari kelemahan metode manual. Waktu yang dibutuhkan jauh lebih sedikit dan operasionalitas mudah.
Sedangkan kelemahannya yakni mengharuskan memakai scan baru sehingga harus beli (kalau ada yang mau pinjami, ya tidak apa-apa :p ).c. Semi otomatisMetode semi otomatis menggunakan cara transisi antara manual dengan otomatis. Metode ini memanfaatkan potensi software. Software yang dimaksud adalah penulis kata-kata (speek writing). Artinya, kita cukup mengucapkan kata-kata sesuai isi buku. Lalu, software secara otomatis merubah suara anda menjadi teks, kata dan kalimat. Mengapa harus memakai software speek writing bila kita bisa mengetik?. Sebab kecepatan orang mengetik maksimal 40 kata/ menit. Sedangkan software bisa menghasilkan 120 kata/ menit (setidaknya ini promosi dari perusahaan pembuat software tersebut).
4. Kerahasiaan, plagiat dan hak cipta ?
Inilah pertanyaan yang menjadi salah satu alasan tidak berkembangnya PD di Indonesia. Alasan mengapa orang-orang membatasi bahkan menolak penerapan PD 100%. Penolakan dan keengganan tersebut pada umumnya diungkapkan oleh orang-orang yang sekarang menduduki berbagai jabatan, berumur antara 40-70 tahun. Hal tersebut sangat wajar karena mereka lahir dan dibesarkan di era Industri. Kalaupun ada manusia dibawah umur 40 tahun masih berpikiran seperti itu, berarti dia masih hidup di era industri.
Mereka sadar atau tidak sadar, harus mengetahui bahwa sekarang adalah era Informasi. Dunia kian tidah dibatasi oleh oleh ruang dan waktu. Dengan sekali klik (just click away), kita bisa menghasilkan perubahan di dunia. Negara-negara didunia sudah sepakat untuk mengurangi hingga menghilangkan batasan perdagangan antara negara (AFTA).
Siapa yang menguasai informasi, dialah yang bakal berkuasa. Mungkin ada orang tidak sependapat dengan ide dan realita ini. Sekali lagi masih beralasan sebab Indonesia selalu tertinggal dalam banyak hal dari dunia luar. Sehingga, paradigma dunia industri masih layak dipakai di Indonesia.
Ada yang mengatakan, “jika semua informasi  ditampilkan di dunia maya, kita tidak punya rahasia lagi”. Sekarang, coba anda ketikkan suatu hal yang ingin anda ketahui ke dalam search enggine. Saya jamin hampir selalu ada informasi yang bisa anda peroleh. Anda masih ingat hukum fisika dan kimia yaitu “Aksi = Reaksi” atau “energi = kekal, hanya berubah bentuk”. Mengapa tidak berbunyi“Reaksi = Aksi”. Sebab anda bisa memperoleh sesuatu (take=reaksi) setelah memberikan sejumlah sesuatu terlebih dulu (give=aksi). Konsep alam ini juga telah diterapkan pada ilmu manajemen (reward n punishment), psikologi, pemasaran (senyuman)  dll. Ketika kita tidak membuka dan memperkenalkan diri kepada dunia, bagaimana kita bisa dikenal dunia?.
Semakin banyak kita memberi semakin kita banyak menerima. Bill gates orang terkaya didunia pemilik Microsoft hingga kini menjadi orang paling dermawan didunia. Bagaimanapun juga, saya sepakat ada batas-batas dimana sesuatu lebih baik tetap menjadi rahasia. Beberapa orang merasa kuatir tatkala skripsi, tesis atau disertasi dipublikasikan secara online menjadikan orang lebih mudah untuk menjiplaknya atau memberikan angin segar bagi plagiator.
Terus terang saya sangat tidak setuju. Berikut beberapa alasan, yaitu :
a. kontrol lebih mudah.
Seperti yang saya jelaskan diatas, ketika kita mempublikasikan karya intelektual skripsis, tesis maupun disertasi secara online maka kita lebih mudah mengetahui judul tersebut plagiat atau murni. Dosen tinggal ketik judul yang diajukan mahasiswa di perpus digital. Seketika diketahui apakah judul telah diteliti atau belum (aspek judul). Isinya pun bisa disingkronkan dengan data PD. Jika ada yang sama, pasti ketahuan seketika (aspek isi).
b. percaya
Kita sering ketakutan adanya plagiat ketika ada keinginan mempublikasikan hasil penelitian. Tetapi, kita pada bersamaan melupakan berapa juta mahasiswa membutuhkan informasi penelitian yang pernah dilakukan untuk menyempurnakan penelitian mereka. Kita lebih sayang pada minoritas para plagiat daripada para mahasiswa idealis. Buktinya sampai sekarang sangat amat luar biasa susah untuk mengakses hasil penelitian.
Jadi, perpustakaan langsung tidak langsung bertanggungjawab atas jeleknya kualitas pendidikan Indonsesia. Bayangkan betapa berkualitasnya penelitian mereka karena memperoleh referensi berkecukupan dan representatif. Bagaimana bisa pintar, wong untuk akses informasi susahnya minta ampun dan seringkali mahal. Toh, dengan sistem tertutup (skripsi, tesis dan disertasi tak boleh keluar) yang kita terapkan sekarang terbukti melahirkan plagiator dan menyebabkan proses identifikasi plagiat menjadi sukar.
Akhir kata, bagaimana bangsa lain mempercayai kita sedangkan kita tidak mempercayai bangsa kita sendiri?.Ada juga yang mempermasalahkan aspek hak cipta (copyright). Ketika kita mempublikasikan buku karya orang atau produksi suatu penerbit, kita meski sudah memperoleh ijin. Faktor ini memang perlu dipertimbangkan jangan sampai disuatu hari merugikan kita. Namun, jawaban sekaligus tawaran solusi dari ke-3 keraguan diatas akan dideskripsikan dibawah.
Saya menawarkan solusi untuk mengatasi keraguan terhadap aspek kerahasiaan, plagiat dan hak cipta, yaitu :
a.      Tidak dipublikasikan 100%
Kita tidak perlu mempublikasikan seluruh bagian dari karya intelektual skripsi, disertasi dan tesis. Yang tidak perlu dipublikasikan adalah bagian tinjauan pustaka. Sebenarnya yang benar-benar kita butuhkan dari penelitian-penelitian terdahulu adalah hasil dan pembahasan. Data ini selanjutnya kita pakai sebagai tinjauan pustaka penelitian kita. Jadi, mulai dari judul, abstraksi, hal, metodelogi, hasil pembahasan dan daftar pustaka serta lampiran kita publikasikan.
Apakah anda tidak bangga jika seluruh mahasiswa di nusantara menggunakan hasil penelitian mahasiswa UB sebagai tinjauan pustaka?. Apa tidak keren itu namanya?. Perpustakaan pusat UB tidak perlu mengetik ulang skripsi. Perpus cukup meminta soft copy dari mahasiswa bersamaan dengan pengumpulan hard copy skripsi. Data tinjauan pustaka tetap disimpan dibank data tapi tidak dipublikasikan.
Keuntungan dari data skripsi disimpan pada PD adalah jika terjadi hal-hal tidak diinginkan seperti kebakaran, banjir, gedung runtuh, kertas rusak. Bank data memungkinkan karya intelektual menjadi tetap terjaga untuk jangka waktu sangat lama (jika tidak memakai kata “abadi”).
b.      Akses bersyarat
Perpus UB menerapkan akses bersyarat untuk akses terhadap buku, artikel dan semacamnya yang bukan hasil terbitan UB. Akses bersyarat terbagi 2 yaitu :-          akses anggota perpus UB yaitu anggota perpus UB selain bisa mengakses karya UB, anggota juga bisa mengakses buku, artikel dan semacamnya yang bukan hasil terbitan UB. Mengapa syah atau tidak melanggar hukum (menurut versi saya)?. Karena perpus UB telah memiliki buku asli artinya perpus UB telah membeli buku secara legal. Selain itu, publikasi hanya bisa diakses oleh anggota saja.
Sebenarnya, dengan mempublikasikan buku berarti secara tidak langsung kita mempromosikan buku tersebut (spiral marketing). Jika ada kekuatiran buku tidak laku gara-gara dapat di online secara gratis, sebenarnya tidak beralasan. Sebab masing-masing mempunyai konsumen dan pengguna yang berbeda. -          akses non anggota/ orang umum yaitu orang umum yang bukan anggota perpus UB cuma bisa mengakses informasi hasil karya civitas Univ. Brawijaya. Orang umum tidak mendapatkan akses kepada buku-buku terbitan pihak luar.
5. Akses dan download
Informasi yang telah disediakan oleh perpustakaan pusat UB dapat diakses langsung dari dalam perpus dan luar perpus. Perpustakaan cukup menyediakan banyak colok koneksi internet di dalam gedung. Perpustakaan tidak perlu membayar tagihan browsing karena bisa memanfaatkan saluran koneksi internet Sampoerna Corner. Tetapi koneksi tidak perlu harus melalui Sampoerna corner, cukup melalui colok-colok tadi.
Mahasiswa yang mempunyai notebook, laptop, PDA, dan Ipod sambil baca buku bisa mengakses internet. Sambil kerja kelompok, mahasiswa bisa langsung mencari artikel sesuai topik pembahasan. Penyediaan colok-colok koneksi internet telah diterapkan oleh perpus UGM dan UI. Data yang dapat didownload oleh mahasiswa UB dan orang umum bisa menggunakan format doc (MS Word), PDF (Adobe Reader) atau kompres zip (Winzip) dan rar (Winrar). Pada umunya bentuk PDF lebih sering digunakan untuk informasi berbentuk buku. Hal ini dikarenakan lebih ringan dan ada seting yang membuat data PDF tidak bisa dirubah untuk memproteksi artikel. Data bisa didownload per judul buku atau per bab dalam buku.
6. Pusat menuju fakultas
Setelah seluruh koleksi perpus UB pusat yang ditargetkan telah diduplikasi menjadi PD, langkah selanjutnya adalah top – bottom. Perpus pusat mengkoordinasi perpus fakultas dan jurusan melakukan pekerjaan seperti yang dikerjakan perpus pusat UB, menjadi perputakaan digital.
D. PENUTUP
Saya optimis 99,9 % bila Universitas Brawijaya 1-2 tahun kedepan bisa mengaplikasikan PD yang memenuhi kriteria diatas, UB akan menjadi pioner excellent PD di bumi pertiwi, insya 4JJI. Saya bisa membayangkan betapa tingginya user account (jumlah pengunjung) perpus UB ketika konsep PD benar-benar diterapkan.Meski saya mungkin sudah bukan menjadi mahasiswa UB lagi, tidak masalah. Sebab adik kelas kita harus lebih baik daripada kita. Saya yakin kompetisi yang mereka hadapi dimasa mendatang lebih keras daripada yang saya hadapi dimasa kini.
Apakah anda masih ingat sejarah asal-usul internet?. Teknologi jaringan pertama kali digunakan oleh militer secara terbatas (intranet). Kemudian dimanfaatkan oleh kampus-kampus untuk bertukar artikel dan jurnal untuk penelitian (internet). Baru setelah itu internet digunakan untuk beragam keperluan. Sepertinya, kita telah jauh berkembang dengan internet dan memakainya untuk bermacam fungsi dari kirim pesan (email), publikasi (web) hingga komunikasi secara audio (VoIP, gatway) dan video (video streming). Tetapi, lupa bahwa fungsi internet untuk bertukar informasi dalam dunia pendidikan seperti posisi kita sekarang sebagai mahasiswa atau dosen. Bukankah begitu?.Semoga bermanfaat.

Perpustakaan Digital Untuk Perguruan Tinggi Bertaraf Internasional

Perpustakaan Digital Untuk Perguruan Tinggi Bertaraf Internasional

ABSTRAK
Perpustakaan sebagai aset vital dan trade mark suatu perguruan tinggi akan tumbuh kreatif dan mampu bersaing jika dihargai dan ditempatkan dalam wadah dan struktur strategis. Namun, permasalahan yang dihadapi oleh pengelola perpustakaan dalam upayanya membantu mewujudkan visi perguruan tinggi yaitu untuk mencapai taraf internasional, amatlah banyak.  Diperlukan strategi dan  kebijakan yang mampu bersaing dan mampu menjawab tantangan zaman.  Dalam tulisan ini diuraikan tentang  sejarah, definisi, kelebihan, kekurangan  perpustakaan digital,  permasalahan, solusi dan kaitannya dengan visi perguruan tinggi.
Pendahuluan
Perpustakaan adalah sarana yang sangat penting (vital) dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa.  Perpustakaan dari masa ke masa mengalami perkembangan yang signifikan sesuai kemajuan zaman dan  kebutuhan penggunanya. Perpustakaan sebagai aset vital dan trade mark suatu perguruan tinggi akan tumbuh kreatif dan mampu bersaing jika dihargai dan ditempatkan dalam wadah dan struktur strategis. Paradigma perpustakaan yang kini berkembang yaitu dari fisik ke maya, dari manual ke otomasi, dari monomedia ke multimedia, dari lokal ke global dan dari isolasi ke kolaborasi, memungkinkan perpustakaan untuk membantu mewujudkan visi perguruan tinggi mencapai taraf internasional. Saat ini perpustakaan digital makin kencang gaungnya, dan hampir semua perpustakaan perguruan tinggi baik negeri maupun swasta, lembaga pemerintah maupun swasta berlomba-lomba mengembangkan perpustakaan digital. Mengapa semua ini terjadi? Karena arus globalisasi dan tingkat kebutuhan masyarakat yang semakin tinggi dalam mengakses informasi.  Masyarakat semakin kritis dan ingin mengakses informasi secara cepat, tepat, akurat dan tentunya mudah. Solusinya dapat terpenuhi dengan mengkases informasi di Perpustakaan Digital.
Sejarah Perpustakaan Digital
Ide tentang konsep dasar perpustakaan digital  muncul pertama kali  pada bulan Juli 1945 oleh Vannevar Bush. Beliau mengeluhkan penyimpanan informasi manual yang menghambat akses terhadap penelitian yang sudah dipublikasikan. Untuk itu, Bush mengajukan ide untuk membuat catatan dan perpustakaan pribadi (untuk buku, rekaman/dokumentasi, dan komunikasi) yang termekanisasi.
Selama dekade 1950-an dan 1960-an keterbukaan akses terhadap koleksi perpustakaan terus diusahakan oleh peneliti, pustakawan, dan pihak-pihak lain, tetapi teknologi yang ada belum cukup menunjang.
Pada awal 1980-an fungsi-fungsi perpustakaan telah diotomasi melalui perangkat komputer, namun hanya pada lembaga-lembaga besar mengingat biaya investasi yang tinggi. Misalnya pada Library of Congress di Amerika yang telah mengimplementasikan sistem tampilan dokumen elektronik (electronic document imaging systems) untuk kepentingan penelitian dan operasional perpustakaan.
Pada awal 1990-an hampir seluruh fungsi perpustakaan ditunjang dengan otomasi dalam jumlah dan cara tertentu. Fungsi-fungsi tersebut antara lain pembuatan katalog, sirkulasi, peminjaman antar perpustakaan, pengelolaan jurnal, penambahan koleksi, kontrol keuangan, manajemen koleksi yang sudah ada, dan data pengguna. Dalam periode ini komunikasi data secara elektronik dari satu perpustakaan ke perpustakaan lainnya semakin berkembang dengan cepat. Pada tahun 1994, Library of Congress mengeluarkan rancangan National Digital Library dengan menggunakan tampilan dokumen elektronik, penyimpanan dan penelusuran teks secara elektronik, dan teknologi lainnya terhadap koleksi cetak dan non-cetak tertentu. Pada September 1995, enam universitas di Amerika diberi dana untuk melakukan proyek penelitian perpustakaan digital. Penelitian yang didanai NSF/ARPA/NASA ini melibatkan peneliti dari berbagai bidang, organisasi penerbit dan percetakan, perpustakaan-perpustakaan, dan pemerintah Amerika sendiri. Proyek ini cukup berhasil dan menjadi dasar penelitian perpustakaan digital di dunia. http://www.indonesiadln.org/wiki/index.php/Digital_library. Purtini, Winny. Digital Library, diakses tgl 21 Maret 2006
Definisi Perpustakaan Digital
The Digital Library Initiatives menggambarkan perpustakaan digital sebagai lingkungan yang bersama-sama memberi koleksi, pelayanan, dan manusia untuk menunjang kreasi, diseminasi, penggunaan, dan pelestarian data, informasi, dan pengetahuan.
William Saffady mendefinisikan perpustakaan digital secara luas sebagai koleksi informasi yang dapat diproses melalui komputer atau repositori untuk informasi­informasi semacam itu.
T.B. Rajashekar mendefinisikannya sebagai koleksi informasi yang dikelola, yang memiliki pelayanan terkait, yang informasinya disimpan dalam format digital dan dapat diakses melalui jaringan.
James Billington, pustakawan Library of Congress, dalam Rogers (1994), melukiskan perpustakaan digital sebagai sebuah koalisi dari institusi-institusi yang mengumpulkan koleksi-koleksinya yang khas secara elektronik.
Drobnik dan Monch (dalam Nugroho, 2000) mendefinisikan perpustakaan digital sebagai sekumpulan dokumen elektronik yang diorganisasikan agar mudah ditemukan ulang dan dibaca.
Komariah Kartasasmita mendefinisikan perpustakaan digital sebagai sebuah sistem yang memiliki berbagai layanan dan obyek informasi yang mendukung pemakai yang membutuhkan obyek informasi tersebut melalui perangkat digital atau elektronik.
Romi Satria Wahono mendefinisikan perpustakaan digital sebagai suatu perpustakaan yang menyimpan data baik itu buku (tulisan), gambar, suara dalam bentuk file elektronik dan mendistribusikannya dengan menggunakan protokol elektronik melalui jaringan komputer. Menurutnya, istilah perpustakaan digital memiliki pengertian yang sama dengan perpustakaan elektronik (electronic library) dan perpustakaan maya (virtual library) http://www.indonesiadln.org/wiki/index.php/Digital_library. Purtini, Winny. Digital Library, diakses tgl 21 Maret 2006
Tujuan Perpustakaan Digital
Sebagaimana yang diharapkan pada gagasan awal, perpustakaan digital bertujuan untuk membuka akses seluas-luasnya terhadap informasi yang sudah dipublikasikan. Tujuan perpustakaan digital adalah sebagai berikut:
  • Untuk melancarkan pengembangan yang sistematis tentang cara mengumpulkan, menyimpan, dan mengorganisasi informasi dan pengetahuan dalam format digital.
  • Untuk mengembangkan pengiriman informasi yang hemat dan efisien di semua sektor.
  • Untuk mendorong upaya kerjasama yang sangat mempengaruhi investasi pada sumber-sumber penelitian dan jaringan komunikasi.
  • Untuk memperkuat komunikasi dan kerjasama dalam penelitian, perdagangan, pemerintah, dan lingkungan pendidikan.
  • Untuk mengadakan peran kepemimpinan internasional pada generasi berikutnya dan penyebaran pengetahuan ke dalam wilayah strategis yang penting.
  • Untuk memperbesar kesempatan belajar sepanjang hayat.
Kelebihan Perpustakaan Digital
Perpustakaan digital memiliki banyak kelebihan dibandingkan perpustakaan tradisional. Dalam hal penyimpanan koleksi, perpustakaan tradisional dibatasi oleh ruang yang ada, sedangkan perpustakaan digital tidak terbatas pada ruang yang ada. Dalam hal penyimpanan koleksi, perpustakaan digital lebih menghemat ruangan, karena dapat menyimpan dokumen dalam jumlah yang sangat besar (contoh:  50 judul disertasi yang setara dengan 100 judul Tesis atau 500 judul artikel jurnal dalam bentuk digital dapat dikemas dalam 1 buah CD berkapasitas 650 MB).  Adapun kelebihan-kelebihan perpustakaan digital lainnya yaitu:
  • Tidak dibatasi ruang: setiap pengguna dapat mengakses perpustakaan digital tanpa harus datang ke perpustakaan, selama pengguna mempunyai koneksi dengan internet;
  • Tidak dibatasi waktu: akses ke perpustakaan digital dapat dilakukan 24 jam dalam sehari, dapat diakses kapan saja, tanpa batas waktu, selama pengguna terhubung dengan internet;
  • Penggunaan informasi lebih efisien: informasi yang ada dapat diakses oleh pengguna secara bersamaan dalam waktu yang sama dengan jumlah orang yang banyak;
  • Pendekatan bersturktur: pengguna dapat mencari informasi secara bersturktur, misalnya dimulai dari menelusur katalog on line , kemudian masuk ke full text, selanjutnya bisa mencari per bab bahkan per kata;
  • Lebih akurat: pengguna dapat menggunakan kata kunci dalam pencariannya. Kata kunci yang tepat, akan membantu pengguna mendapatkan informasi yang akurat dan sesuai dengan kata kunci yang dicantumkannya;
  • Keaslian dokumen tetap terjamin: Selama proses digitalisasi menggunakan bentuk image/format PDF, keaslian dokumen akan tetap terjamin;
  • Jaringan perpustakaan yang lebih luas: kemudahan dalam melakukan kerjasama/link antar perpustakaan digital, dimana ada kesepakatan antar pengelola perpustakaan untuk melakukan resource sharing melalui jaringan internet;
  • Secara teori, biaya pengadaan dan pemeliharaan koleksi  menjadi lebih murah
Sebenarnya jika dikaji lebih dalam masih banyak kelebihan-kelebihan perpustakaan digital, contohnya, pemesanan buku atau permintaan informasi dapat dilakukan di rumah, atau dimanapun, selama pengguna terhubung dengan internet, dengan demikian, pengguna dapat menghemat waktu, tenaga dan biaya dalam pencarian informasi.
Kekurangan Perpustakaan Digital
Disamping memiliki banyak kelebihan, perpustakaan digital juga memilki kekurangan diantaranya:
Undang-Undang Hak cipta (Copy Right) : dalam hukum hak cipta masalah transfer dokumen lewat jaringan komputer belum didefinisikan dengan jelas, masalah ini masih jadi perdebatan dalam proses pengembangan perpustakaan digital;
  • Pengguna masih banyak yang lebih menyukai membaca teks tercetak daripada teks elektronik;
  • Proses digitasi dokumen, membutuhkan waktu yang cukup lama, dibutuhkan ketrampilan dan ketekunan dalam mengembangkan dan memelihara koleksi digital;
  • Jika terjadi pemadaman listrik, perpustakaan digital yang tidak mempunyai jenset, tidak dapat beroperasi.
  • Pengunjung perpustakaan menjadi berkurang. Jika semua pengguna mengakses perpustakaan digital dari rumah masing-masing ataupun dari warnet,  maka pengunjung perpustakaan akan berkurang karena dengan mengunjungi perpustakaan digital, pengguna tidak merasa perlu mengunjungi perpustakaan secara fisik, tapi dapat mengunjungi perpustakaan dengan cara on line.
Kekurangan dari perpustakaan digital merupakan konsekuensi logis, dari pergeseran paradigma yang kini berkembang di masyarakat.  Namun kekurangan­kekurangan yang ada harus disikapi dengan arif bijaksana.  Walaupun masih ada kekurangan dan kelemahan, namun perkembangan perpustakaan digital harus terus dilanjutkan, demi kemajuan bangsa dan pembelajaran masyarakat sepanjang hayat.
PERGURUAN TINGGI BERTARAF INTERNASIONAL
Perguruan tinggi tinggi di Indonesia kini berlomba-lomba meningkatkan kiprahnya, tidak hanya di tingkat nasional tetapi juga di dunia internasional. Political Will pemerintah untuk mengembangkan 10 – 20 World Class University sangatlah kuat. Sesungguhnya apa dan bagaimana sebuah perguruan tinggi dapat dikatakan bertaraf internasional? Sebagaimana sambutan rektor IPB pada upacara wisuda tahap III tahun akademik 2004/2005 di Graha Widya Wisuda, Bogor. ” Suatu perguruan tinggi dapat disebut bertaraf internasional setidaknya harus memenuhi beberapa persyaratan, diantaranya adalah: 1) jumlah dosen yang bergelar doktor harus lebih dari 75%, 2) persentase mahasiswa pascasarjana harus sama dengan atau lebih besar dari 75% dari total mahasiswa di perguruan tinggi tersebut, 3) publikasi internasional yang diterbitkan oleh setiap staf pengajar per tahun minimal dua publikasi di jurnal terakreditasi secara internasional, 4) besarnya dana untuk kegiatan riset untuk setiap staf > USD 1300 per tahun, 5) jumlah mahasiswa asing di perguruan tinggi tersebut minimal 5%, 6) Koneksi internet minimal 15 Mb dengan koneksi Wifi.  Dengan kriteria tersebut maka jelas masih belum ada universitas di Indonesia yang dapat  masuk kelas dunia”. Disadari untuk menuju World Class University diperlukan penyesuaian regulasi yang kondusif, karena masih banyak kendala yang perlu diatasi bersama. Kerja keras dari berbagai fihak. kesungguhan dan perhatian pemerintah di bidang pendidikan juga sangat menentukan keberhasilan pencapaian visi tersebut. Sarana dan prasarana pendidikan harus dikelola dengan baik, salah satunya adalah pembentukan dan pengembangan perpustakaan digital.
PERMASALAHAN
Kebutuhan masyarakat akan informasi yang relevan, akurat, cepat, tepat dan efisien menghadapkan pengelola perpustakaan pada tantangan yang  semakin berat dan kompleks. Perpustakaan, dalam upayanya mendukung Perguruan tinggi yang bertaraf internasional, menghadapi kendala yang cukup kompleks dan beragam, mulai dari Perhatian yang minim dari pemerintah, birokrasi yang rumit, SDM yang kurang profesional hingga pendanaan yang seringkali tidak memadai atau tersendat-sendat dalam setiap kegiatan pengembangan perpustakaan. Sampai saat ini banyak keluhan-keluhan dari dosen ataupun mahasiswa kesulitan mencari dan mendapatkan literatur yang dibutuhkan untuk bahan pengajaran maupun  penelitian. Jika literatur  sulit didapatkan, tentunya staf dosen/peneliti sulit membuat tulisan yang berkualitas dan akhirnya tidak memungkinkan dipublikasikan di jurnal-jurnal internasional  Kenyamanan dari ruang perpustakaan juga kerapkali menjadi masalah, manakala pengguna harus belajar di ruang yang sempit dan kurang nyaman, karena tidak ada AC ataupun kipas angin.  Sarana dan prasarana perpustakaan yang tidak memadai, koleksi yang sudah tua dan kurang memadai dari segi kualitas maupun kuantitas, koleksi jurnal yang masih jauh dari memuaskan pengguna, perpustakaan yang menggunakan sistem pelayanan manual, sehingga pengguna merasa tidak puas dari segi pengorbanan waktu dengan perolehan informasi. Kesemuanya itu menjadi tantangan yang harus diatasi, ditangani dan diperhatikan dengan serius oleh segenap pengelola pendidikan dan perpustakaan.
SOLUSI
Untuk mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan kepuasan pengguna dalam mengakses informasi salah satu solusinya adalah dengan membangun, menciptakan dan mengembangkan perpustakaan digital.  Merujuk dari tujuan dan kelebihan perpustakaan digital, saat ini telah mulai banyak dikembangkan perpustakaan perguruan tinggi baik negeri maupun swasta, lembaga-lembaga pemerintahan maupun swasta  dalam dan luar negeri yang membangun dan mengembangkan perpustakaan digital. Untuk mengoptimalkan eksistensi dari perpustakaan digital, perlu dilakukan kerjasama antara perpustakaan digital. Perpustakaan digital selayaknya bergabung, dan sebaiknya tidak jalan sendiri-sendiri. Dengan begitu, akan terbentuk jaringan yang solid dan dapat diakses oleh sebanyak-banyaknya pengguna informasi.  Pemenuhan kebutuhan dan tuntutan itu dapat terlaksana secara optimal bila dilakukan melalui kerjasama antar perpustakaan, pusat informasi dan/atau dokumentasi. Tentu saja, kerjasama itu perlu disusun berdasarkan prinsip saling menolong, saling membutuhkan, dan saling memanfaatkan dalam mekanisme kerja yang jelas, transparan, dan sinergis dalam kesejajaran peran. Kerjasama tersebut akan menghasilkan Jaringan Informasi. Gabungan jaringan perpustakaan digital akan mampu membentuk jaringan perpustakaan mencakup berbagai disiplin ilmu yang lengkap dan komprehensif di Indonesia. Dengan hadirnya perpustakaan digital yang mampu membentuk Jaringan Informasi maka diharapkan berbagai persoalan bangsa yang dihadapi bisa ditangani. Pengelolaan perpustakaan oleh SDM yang berkualitas, profesional, jujur dan berdedikasi tinggi diharapkan dapat membawa bangsa ini keluar dari berbagai lilitan masalah.
Berbagai Upaya perlu dilakukan untuk menarik perhatian pemerintah dalam upaya pengembangan perpustakaan digital ini, dengan cara meluncurkan produk-produk dokumen dalam bentuk digital/elektronik, mempromosikan kelebihan dan keunggulan perpustakaan digital, serta membuktikan kepada pemerintah ataupun pengelola pendidikan bahwa perpustakaan digital mampu menghadapi dan menjawab solusi bangsa ini di bidang informasi. Di lingkup perguruan tinggi, para dosen dan mahasiswa dapat dengan mudah dan cepat mencari informasi.  Hal ini jelas terkait dengan peran perpustakaan dalam menunjang tri dharma perguruan tinggi.  Dengan informasi yang lengkap dan akurat, hasil-hasil penelitian dosen dan mahasiswa dapat dituangkan menjadi tulisan yang berbobot, berkualitas, dan dapat dipublikasikan di jurnal internasional. Dengan dukungan dana dari pemerintah dan birokrasi yang tidak berbelit-belit, para dosen, dapat melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi (S2 dan S3). Jika para dosen, banyak yang meraih gelar doktor, hingga mencapai angka 75% dari total staf pengajar, dan peserta program pasca sarjana sudah mencapai angka 75% dari populasi mahasiswa yang belajar di perguruan tinggi tersebut, tentunya visi perguruan tinggi dalam mencapai taraf internasional akan terealisasi.  Dengan dukungan informasi yang akurat yang dilayankan dan diseminasikan dari perpustakaan digital, maka dinamika pendidikan, pengajaran dan penelitian dari sivitas akademika menjadi lebih baik.  Target dan program perguruan tinggi dalam pencapaian visinya akan menjadi lebih mudah.  Dengan mengembangkan perpustakaan digital akan menjadi daya tarik bagi mahasiswa baik dari dalam maupun luar negeri. Program pertukaran mahasiswa lokal dan asing akan semakin semarak. Keunggulan dan kelebihan perpustakaan digital mampu menjadi daya tarik tersendiri bagi mahasiswa asing untuk belajar di perguruan tinggi di Indonesia.  Terlebih lagi jika perpustakaan digital yang ada di Indonesia melakukan resource sharing, membentuk jaringan informasi yang solid, maka dapat dipastikan political will pemerintah, mentargetkan 10 – 20 Perguruan Tinggi bertaraf internasional akan tercapai.
KESIMPULAN
Perpustakaan digital merupakan salah satu solusi dalam membantu mewujudkan visi perguruan tinggi yaitu mencapai taraf internasional.  Perpustakaan digital sudah terbukti mampu mendukung kegiatan perkuliahan, misalnya modul-modul interaktif (e­learing) dapat diakses dan dipelajari mahasiswa dengan lebih mudah, dapat dipelajari kapan saja, dimana saja, selama mahasiswa tersebut terhubung dengan internet. Perpustakaan digital mampu menyediakan informasi populer maupun ilmiah yang dapat diakses via internet selama 24 jam, dimana saja, kapan saja dan oleh siapa saja. Perpustakaan digital mampu menjadi mediator bagi perpustakaan yang melakukan resource sharing, sehingga koleksi yang ada di Perpustakaan Digital A, dapat dimanfaatkan oleh Perpustakaan Digital B sampai Z, atau bahkan sebaliknya. Koleksi digital yang ada di suatu perpustakaan dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin dalam waktu yang bersamaan oleh pengguna dalam jumlah yang banyak. Dibutuhkan kerjasama dari berbagai fihak untuk mengembangkan perpustakaan digital.  Local content yang kuat, memadai dari segi kuantitas maupun kualitas, sitem pencarian informasi yang mudah dan cepat, menjadi tolok ukur dalam pengembangan perpustakaan digital. Dengan adanya perpustakaan digital, akses informasi akan semakin mudah, sehingga Proses belajar mengajar, penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan menjadi lebih mudah. Dengan keharmonisan unsur-unsur tersebut, dapat dipastikan visi perguruan tinggi mencapai taraf internasional akan tercapai.
SARAN
Untuk mengembangkan perpustakaan digital yang mampu mendukung pencapaian visi perguruan tinggi mencapai taraf internasional, dibutuhkan langkah yang konkrit dan terpadu dari berbagai fihak, namun tetap berlandaskan pada filosopi bangsa ini, yaitu informasi yang ada harus dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk pengembangan ilmu dan bermanfaat bagi masyarakat banyak.  Upaya-upaya yang harus dilakukan yaitu:
  • Membuat regulasi/peraturan di bidang alih media elektronik yang jelas dan akuntable, hal ini penting untuk menghindari penjiplakan karya tulis seseorang;
  • Membentuk  Jaringan Informasi, antara perpustakaan digital  di seluruh Indonesia.  Hal ini perlu untuk penyebar luasan informasi dan membantu mewujudkan visi perguruan tinggi yaitu mencapai taraf internasional;
  • Setiap Perpustakaan digital, harus tetap memperkaya dan mengembangkan koleksi digital, yang berisi local content yang merupakan ciri khas dari masing­masing perguruan tinggi;
  • Mengadakan pelatihan/pendidikan baik formal maupun nonformal, bagi pengelola perpustakaan digital. Hal ini perlu untuk meningkatkan pengetahuan dan memperluas wawasan pengelola perpustakaan digital agar senantiasa mengikuti perkembangan teknologi dan informasi;
  • Membentuk dewan yang menangani masalah perpustakaan digital.  Dewan tersebut mempunyai wewenang untuk menyaring arus informasi global yang dapat berdampak negative bagi kehidupan bangsa;
  • Perlu dukungan yang serius dari pemerintah dan instansi terkait di bidang pendidikan dan perpustakaan untuk mengembangkan dan memelihara perpustakaan digital; Jika saran-saran di atas diaplikasikan dan diaktualisasikan dengan dukungan penuh dari semua unsur yang meliputi pemerintah, pengelola pendidikan, pengelola perpustakaan dan masyarakat pengguna informasi, tentunya political will pemerintah untuk menginternasionalkan Perguruan Tinggi di Indonesia yang juga merupakan amanat undang-undang, secara bertahap akan terwujud.
RUJUKAN
  • Becoming a digital Library. Ed. By Susan J. Barnes. New York: Marcel Dekker. 2004 http://ms.wikipedia.org/wiki/Perpustakaan_digital, diakses tgl 21 Maret 2006 http://www.indonesiadln.org/wiki/index.php/Digital_library. Purtini, Winny. Digital
  • Library, diakses tgl 21 Maret 2006 http://www.ipb.ac.id. Sambutan rektor IPB. Diakses tgl 23 maert 2006. http://www.pustakabersama.net/. Perpustakaan Digital. Diakses 21 Maret 2006 Komalasari, Rita. Digitalisasi di Perpustakaan IPB. dalam Dinamika Perpustakaan
  • IPB menuju Universitas Riset. Bogor: IPB Press. 2004. Mismail, Budiono. Dasar-dasar Rangkaian Logika Digital.  Bandung: Penerbit ITB. 1998. Persiapan Menuju Internasionalisasi IPB. Pariwara Berita IPB minggu ini.  Edisi 88, Maret 2006.
  • Saleh, Abdul Rahman. Digitalisasi Dokumen.  dalam Kumpulan Materi Pelatihan Kearsipan di Era Multimedia.  Kerjasama antara Perpustakaan IPB dengan Institut Era Indonesia. 2005.

Konsep dan Perencanaan dalam Automasi Perpustakaan


Konsep dan Perencanaan dalam Automasi Perpustakaan
Oleh :
Ikhwan Arif *
Posting :
Darwanto, S.Sos
Makalah Seminar dan Workshop Sehari “ Membangun Jaringan Perpustakaan Digital dan Otomasi Perpustakaan menuju Masyarakat Berbasis Pengetahuan “ UMM 4 Oktober 2003

Pendahuluan
Penerapan Teknologi Informasi (TI) saat ini telah menyebar hampir di semua bidang tidak terkecuali di perpustakaan. Perpustakaan sebagai institusi pengelola informasi merupakan salah satu bidang penerapan teknologi informasi yang berkembang dengan pesat. Perkembangan dari penerapan teknologi informasi bisa kita lihat dari perkembangan jenis perpustakaan yang selalu berkaitan dengan dengan teknologi informasi, diawali dari perpustakaan manual, perpustakaan terautomasi, perpustakaan digital atau cyber library. Ukuran perkembangan jenis perpustakaan  banyak diukur dari penerapan teknologi informasi yang digunakan dan bukan dari skala ukuran lain seperti besar gedung yang digunakan, jumlah koleksi yang tersedia maupun jumlah penggunanya. Kebutuhan akan  TI sangat  berhubungan dengan  peran dari perpustakaan sebagai kekuatan dalam pelestarian dan penyebaran informasi ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang berkembang seiring dengan menulis, mencetak, mendidik dan kebutuhan manusia akan informasi. Perpustakaan membagi rata informasi dengan cara mengidentifikasi, mengumpulkan, mengelola dan menyediakanya untuk umum.
Penerapan teknologi informasi di  perpustakaan dapat difungsikan dalam berbagai bentuk, antara lain:
1.    Penerapan teknologi informasi digunakan sebagai Sistem Informasi Manajemen Perpustakaan. Bidang pekerjaan yang dapat diintegrasikan dengan sistem informasi perpustakaan adalah pengadaan, inventarisasi, katalogisasi,  sirkulasi bahan pustaka, pengelolaan anggota, statistik dan lain sebagainya. Fungsi ini sering diistilahkan sebagai bentuk Automasi Perpustakaan.
2.    Penerapan teknologi informasi sebagai sarana untuk menyimpan, mendapatkan dan menyebarluaskan informasi ilmu pengetahuan dalam format digital. Bentuk penerapan TI dalam perpustakaan ini sering dikenal dengan Perpustakaan Digital.
Kedua fungsi penerapan teknologi informasi ini dapat terpisah maupun terintegrasi dalam suatu sistem informasi  tergantung dari kemampuan software yang digunakan, sumber daya manusia dan infrastruktur peralatan teknologi informasi yang mendukung keduanya. Dalam makalah ini selanjutnya akan membahas tentang automasi perpustakaan.

Faktor Penggerak
  • Kemudahan mendapatkan produk TI
  • Harga semakin terjangkau untuk memperoleh produk TI
  • Kemampuan dari teknologi informasi
  • Tuntutan layanan masyarakat serba “klick”

Alasan lain
  • Mengefisiensikan dan mempermudah pekerjaan dalam perpustakaan
  • Memberikan layanan yang lebih baik kepada pengguna perpustakaan
  • Meningkatkan citra perpustakaan
  • Pengembangan infrastruktur nasional, regional dan global.

Peranan Katalog dalam Automasi Perpustakaan
Katalog adalah keterangan singkat atau wakil dari suatu dokumen. Katalog perpustakaan elektronik adalah jantung dari sebuah sistem perpustakaan yang terautomasi. Sub sistem lain seperti OPAC dan sirkulasi berinteraksi dengannya dalam menyediakan layanan automasi. Sebuah sistem katalog yang dirancang dengan baik merupakan faktor kunci keberhasilan penerapan automasi perpustakaan.



Cakupan dari Automasi Perpustakaan
  • Pengadaan koleksi
  • Katalogisasi, inventarisasi
  • Sirkulasi, reserve, inter-library loan
  • Pengelolaan penerbitan berkala
  • Penyediaan katalog (OPAC)
  • Pengelolaan anggota

Bagaimana mengenai Layanan Referens ?
Layanan referens tidak termasuk dalam bagian yang terintegrasi dari suatu sistem automasi perpustakaan, namun yang lebih penting adalah penyediaan teknologi informasi yang digunakan dalam layanan referens. Layanan informasi referens dikembangkan dengan menyediakan koleksi dalam bentuk digital yang dikemas dalam CD-ROM dan akses informasi ke jaringan luar (LAN, WAN,  Internet)

Peran CD-ROM
  • Mempercepat akses informasi multi media baik itu berupa abstrak, indeks, bahan full text,  dalam bentuk digital tanpa mengadakan hubungan ke jaringan komputer.
  • Media back-up / cadangan data perpustakaan dan sarana koleksi referens bagi perpustakaan lain.

Peran Internet
  • Untuk mengakses infrormasi multimedia dalam resource internet.
  • Sarana telekomunikasi dan distribusi informasi.
  • Untuk membuat homepage, penyebarluasan katalog dan informasi.

Keperluan Pengguna
Pustakawan harus dapat melayani keperluan pengguna seperti permintaan akan akses yang lebih cepat ke informasi yang diperlukan dari dalam maupun luar perpustakaan. Dengan begitu diharapkan agar para pustakawan mahir dalam penggunaan teknologi informasi sehingga mereka dapat membantu pengguna perpustakaan dalam menemukan informasi yang diperlukan.
Apa yang harus diketahui dan dikerjakan oleh pustakawan dalam mengautomasikan perpustakaannya :
  • Faham akan maksud dan ruang lingkup dan unsur  dari AP
  • Faham dan bisa mengapresiasi pentingnya melaksanakan analisis sistem yang menyeluruh sebelum merencanakan desain sistem
  • Faham akan dan bisa mengapresiasi manfaat analisis sistem dan desain, implementasi, evaluasi dan maintenance.
  • Faham akan proses evaluasi software sejalan dengan proposal sebelum menentukan sebuah sistem
  • Faham akan dan bisa mengapresiasi pentingnya pelatihan untuk staf dan keterlibatan mereka dalam seluruh proses kerja

Unsu-unsur  Automasi Perpustakaan
Dalam sebuah sistem automasi perpustakaan terdapat beberapa unsur atau syarat yang saling mendukung dan terkait satu dengan lainnya, unsur-unsur atau syarat tersebut adalah :

1. Pengguna (users)
Pengguna merupakan unsur utama dalam sebuah sistem automasi perpustakan. Dalam pembangunan sistem perpustakaan hendaknya selalu dikembangkan melalui konsultasi dengan pengguna-penggunanya yang meliputi pustakawan, staf yang nantinya sebagai operator atau teknisi serta para anggota perpustakaan. Apa misi organisasi tersebut? Apa kebutuhan informasi mereka ? Seberapa melek komputerkah mereka? Bagaimana sikap mereka ? Apakah pelatihan dibutuhkan? Itu adalah beberapa pertanyaan yang harus dijawab dalam mengembangkan sebuah sistem automasi perpustakaan. Automasi Perpustakaan baru bisa dikatakan baik bila memenuhi kebutuhan pengguna baik staf maupun anggota perpustakaan. Tujuan daripada sistem automasi perpustakaan adalah untuk memberikan manfaat kepada pengguna.
Konsultasikan dengan pengguna untuk menentukan kebutuhan-kebutuhan mereka. Namun perlu hati-hati terhadap penilaian keliru yang dilakukan oleh pengguna mengenai kebutuhan dan persepsi tentang apa yang bisa dan tidak bisa dilakukan oleh suatu sistem komputer . Kebutuhan dapat dirincikan terlalu banyak atau terlalu sedikit dan kadang-kadang persepsi bisa juga keliru.
Staf yang bersangkutan harus dilibatkan mulai dari tahap perencanaan dan pelaksanaan sistem. Masukan dari masing-masing staf harus dikumpulkan untuk menjamin kerjasama mereka. Tenaga-tenaga inti yang dilatih untuk menjadi operator, teknisi dan adminsitrator sistem harus diidentifikasikan dan dilatih sesuai bidang yang akan dioperasikan.

2. Perangkat Keras (Hardware)
Komputer adalah sebuah mesin yang dapat menerima dan mengolah data menjadi informasi secara cepat dan tepat. Pendapat lain mengatakan bahwa komputer hanya sebuah komponen fisik dari sebuah sistem komputer yang  memerlukan program untuk menjalankannya.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa komputer adalah sebuah alat dimana kemampuanya sangat tergantung pada manusia yang mengoperasikan dan software yang digunakan.
Kecenderungan perkembangan komputer :
  • Ukuran fisik mengecil dengan kemampuan yang lebih besar
  • Harga terjangkau (murah)
  • Kemampuan penyimpanan data berkapasitas tinggi
  • Transfer pengiriman data yang lebih cepat dengan adanya jaringan

Dalam memilih perangkat keras yang pertama adalah menentukan staf yang bertanggung jawab atas pemilihan dan evaluasi hardware sebelum transaksi pembelian. Adanya staf yang bertanggung jawab adalah untuk mengurangi ketergantungan terhadap pihak lain dan menghindari dampak buruk yang mungkin timbul. Hal lain adalah adanya dukungan teknis serta garansi produk dari vendor penyedia komputer.

3. Perangkat Lunak (Software)

Perangkat lunak diartikan sebagai metode atau prosedur  untuk mengoperasikan komputer agar sesuai dengan permintaan pemakai. Kecenderungan dari perangkat lunak sekarang mampu diaplikasikan dalam berbagai sistem operasi, mampu menjalankan lebih dari satu program dalam waktu bersamaan (multi-tasking), kemampuan mengelola data yang lebih handal, dapat dioperasikan secara bersama-sama (multi-user).  
Untuk mendapatkan software kini sudah banyak tersedia baik dari   luar maupun dalam negeri dengan berbagai keunggulan yang ditawarkan dan harga yang bervariasi. Di perpustakaan software yang dikenal antara lain CDS/ISIS, WINISIS yang mudah didapat dan gratis freeware  dari Unesco atau dari beberapa perguruan tinggi sekarang telah banyak membuat dan mengembangakan sistem perpustakaannya  sendiri seperti SIPUS 2000 di UGM, Sipisis di IPB. Masih banyak lagi perguruan tinggi dan institusi pengembang software yang mengembangkan SIP dengan kemampuan yang tidak kalah sip.  Sistem Informasi Perpustakaan ini difungsikan untuk pekerjaan operasional perpustakaan, mulai dari pengadaan, katalogisasi, inventarisasi, keanggotaan, OPAC, pengelolaan terbitan berkala,  sirkulasi, dan pekerjaan lain dalam lingkup operasi perpustakaan.

Kriteria Penilaian Software
            Suatu software dikembangkan melalui suatu pengamatan dari suatu sistem kerja yang berjalan, untuk menilia suatu software tentu saja banyak kriteria yang harus diperhatikan. Beberapa criteria untuk menilia software adalah sebagai berikut :
·         Kegunaan     : fasilitas dan laporan yang ada sesuai dengan kebutuhan dan menghasilkan informasi tepat pada waktu (realtime) dan relevan untuk proses pengambilan keputusan.
·         Ekonomis      : biaya yang dikeluarkan sebanding untuk mengaplikasikan software sesuai dengan hasil yang didapatkan.
·         Keandalan    : mampu menangani operasi pekerjaan dengan frekuensi besar dan terus-menerus.
·         Kapasitas      : mampu menyimpan data dengan jumlah besar dengan kemampuan temu kembali yang cepat.
·         Sederhana    : menu-menu yang disediakan dapat dijalankan dengan mudah dan interaktif dengan pengguna
·         Fleksibel        : dapat diaplikasikan di beberapa jenis sistem operasi dan institusi serta maupun memiliki potensi untuk dikembangkan lebih lanjut.

Menentukan Software
·         Membangun sendiri
·         Mengontrakan keluar
·         Membeli software jadi yang ada di pasaran
Pilihan apapun yang dijatuhkan, software harus
·         Sesuai dengan keperluan
·         Memiliki ijin pemakaian
·         Ada dukungan teknis, pelatihan , dokumentasi yang relevan serta pemeliharaan.
·         Menentukan staf yang bertanggungjawab atas pemilihan dan evaluasi software.
Memilih dan membeli perangkat lunak merupakan suatu proses tersedianya dukungan pemakai, karena diperlukan banyak pelatihan dan pemecahan masalah sebelum sistem tersebut dapat berjalan dengan baik. Salah satu cara untuk memastikan dukungan pelanggan adalah memilih perangkat lunak yang digunakan oleh sejumlah perpustakaan. Sekelompok besar pengguna biasanya menjustifikasikan layanan dukungan pelanggan sebagai hal yang subtansial. Selain itu, pengguna dapat saling membantu dalam pemecahan masalah.
Spesifikasi perangkat keras harus memenuhi kebutuhan-kebutuhan minimum operasi perangkat lunak.

4. Network / Jaringan
Jaringan komputer telah menjadi bagian dari automasi perpustakaan karena perkembangan yang terjadi di dalam teknologi informasi sendiri serta adanya kebutuhan akan pemanfaatan sumber daya bersama melalui teknologi.
Komponen perangkat keras jaringan antara lain : komputer sebagai server dan klien, Network Interface Card ( LAN Card terminal kabel (Hub), jaringan telepon atau radio,  modem.
Hal yang  harus diperhatikan dalam membangun jaringan komputer adalah :
·               Jumlah komputer serta lingkup dari jaringan (LAN, WAN)
·               Lokasi dari hardware : komputer,  kabel, panel distribusi, dan sejenisnya
·               Protokol komunikasi yang digunakan
·               Menentukan staf yang bertanggun jawab dalam pembangunan jaringan.

 

5. Data

Data merupakan bahan baku informasi, dapat didefinisikan sebagai kelompok teratur simbol-simbol yang mewakili kuantitas, fakta, tindakan, benda, dan sebagainya. Data terbentuk dari karakter, dapat berupa alfabet, angka, maupun simbol khusus seperti *, $ dan /. Data disusun mulai dari bits, bytes, fields, records, file dan database.
Sistem informasi menerima masukan data dan instruksi, mengolah data tersebut sesuai instruksi, dan mengeluarkan hasilnya. Fungsi pengolahan informasi sering membutuhkan data yang telah dikumpulkan dan diolah dalam periode waktu sebelumnya, karena itu ditambahkan sebuah penyimpanan data file (data file storage) ke dalam model sistem informasi; dengan begitu, kegiatan pengolahan tersedia baik bagi data baru maupun data yang telah dikumpulkan dan disimpan sebelumnya.
Gambar 1. Model dasar sistem informasi







                         Data                 Pengolahan                       Informasi
                      Gambar 2.  Model Pengembangan Sistem Informasi
                                                                   Penyimpanan
                          
                                                               
              Masukan                        Pengolahan                       Keluaran
Standar basis data katalog
Kerjasama antar perpustakaan secara elektronik telah berkembang seiring dengan perkembangan teknologi yang telah  memungkinkan untuk itu dan didasari adanya kebutuhan untuk menggunakan sumber daya bersama. Bentuk tukar-menukar maupun penggabungan data katalog koleksi adalah suatu hal yang sudah biasa terjadi dalam perpustakaan, kerjasama dapat dilakukan jika masing-masing perpustakaan itu memiliki kesamaan dalam format penulisan data katalog data. Persoalan yang sering dihadapi dalam kerjasama tukar-menukar atau penggabungan data adalah banyaknya data yang ditulis dengan suka-suka yaitu tidak memperhatikan standar yang ada. Pekerjaan konversi data merupakan hal yang membosankan dan memakan banyak waktu. Sering data katalog dalam perpustakaan tidak menggunakan standar, hal ini  banyak terjadi karena kurangnya pemahaman akan manfaat standar penulisan data. Pertemuan-pertemuan mungkin perlu sering diadakan diantara anggota-anggota jaringan perpustakaan untuk menentukan standar-standar dan prosedur-prosedur yang digunakan bersama.
Persoalan lain dalam standardisasi format penulisan data katalog adalah bahasa. Kebanyakan perpustakaan mengkoleksi materi yang menggunakan bahasa pengantar berbeda-beda. Bagaimana dengan bahasa pengantar cantuman katalog itu sendiri? Informasi judul jelas harus diisi sesuai dengan judul koleksi yang bersangkutan. Bagaimana dengan kolom subjek dan kata kunci? Haruskah diisi dengan bahasa nasional (Bahasa Indonesia untuk perpustakaan di Indonesia) atau dengan bahasa internasional (Bahasa Inggris)? Lebih jauh lagi, bagaimana kita memberi nama pada kolom-kolom isian, dengan Bahasa Indonesia (judul, pengarang, penerbit, dsb.) atau bahasa Inggris (title, author, publisher etc.)? Bagaimana dengan koleksi yang berpengantar bahasa-bahasa lain seperti Arab, China atau Korea ?

Metadata
Metada merupakan istilah baru  dan bukan merupakan konsep baru di dunia pengelola informasi. Perpustakaan sudah lama menciptakan metada dalam bentuk pengkatalokan koleksi .
Definisi metadata sangat beragam ada yang mengatakan “data tentang data” atau “informasi tentang informasi”, pengertian dari beberapa definisi tersebut bahwa metadata adalah sebagai bentuk pengindentifikasian,  penjelasan suatu data, atau diartikan sebagai struktur  dari sebuah data. Dicontohkan metadata dari katalog buku terdiri dari : judul, pengarang, penerbit, subyek dan sebagainya. Metada yang biasa digunakan di perpustakaan adalah Marc dan Dublin Core.
   
INDOMARC
Machine Readable Cataloging (MARC) merupakan salah satu hasil dan juga sekaligus salah satu syarat penulisan katalog koleksi bahan pustaka perpustakaan. Standar metadata katalog perpustakaan ini dikembangkan pertama kali oleh Library of Congress, format LC MARC ternyata sangat besar manfaatnya bagi penyebaran data katalogisasi bahan pustaka ke berbagai perpustakaan di Amerika Serikat. Keberhasilan ini membuat negara lain turut mengembangkan format MARC sejenis bagi kepentingan nasionalnya masing-masing.
         Format INDOMARC merupakan implementasi dari International Standard Organization (ISO) Format ISO 2719 untuk Indonesia, sebuah format untuk tukar-menukar informasi bibliografi melalui format digital atau media yang terbacakan mesin (machine-readable) lainnya. Informasi bibliografi biasanya mencakup pengarang, judul, subyek, catatan, data penerbitan dan deskripsi fisik.
Indomarc menguraikan format cantuman bibliografi yang sangat lengkap terdiri dari 700 elemen dan dapat mendeskripsikan dengan baik kebanyakan objek fisik sumber pengetahuan, seperti  jenis monograf (BK), manuskrip (AM), dan terbitan berseri (SE) termasuk; Buku Pamflet, Lembar tercetak, Atlas, Skripsi, tesis dan disertasi (baik diterbitkan ataupun tidak), dan Jurnal Buku Langka.

Dublin Core
Dublin Core  merupakan salah satu skema metadata yang digunakan untuk web resource description and discovery. Gagasan membuat standar baru agaknya dipengaruhi oleh rasa kurang puas dengan standar MARC yang dianggap terlalu banyak unsurnya dan beberapa istilah yang hanya dimengerti oleh pustakawan serta kurang bisa digunakan untuk sumber informasi dalam web. Elemen Dublin Core dan MARC intinya bisa saling dikonversi.
Metadata Dublin Core memiliki beberapa kekhususan  sebagai berikut:
a. Memiliki deskripsi yang sangat sederhana
b. Semantik atau arti kata yang mudah dikenali secara umum.
c.  Expandable memiliki potensi untuk dikembangkan lebih lanjut.

Dublin Core terdiri dari 15 unsur yaitu :
1.    Title : judul dari sumber informasi
2.    Creator : pencipta sumber informasi
3.    Subject : pokok bahasan sumber informasi, biasanya dinyatakan dalam bentuk kata kunci atau nomor klasifikasi
4.    Description : keterangan suatu isi dari sumber informasi, misalnya berupa abstrak, daftar isi atau uraian
5.    Publisher : orang atau badan  yang mempublikasikan sumber informasi
6.    Contributor : orang atau badan yang ikut menciptakan sumber informasi
7.    Date : tanggal penciptaan sumber informasi
8.    Type : jenis sumber informasi, nover, laporan, peta dan sebagainya
9.    Format : bentuk fisik sumber informasi, format, ukuran, durasi, sumber informasi
10.  Identifier : nomor atau serangkaian angka dan huruf yang mengidentifikasian sumber informasi. Contoh URL, alamat situs
11. Source : rujukan ke sumber asal suatu sumber informasi
12.  Language : bahasa yang intelektual yang digunakan sumber informasi
13.  Relation : hubungan antara satu sumber informasi dengan sumber informasi lainnya.
14.  Coverage : cakupan isi ditinjau dari segi geografis atau periode waktu
15.  Rights : pemilik hak cipta sumber informasi
           

6. Manual

Manual  atau biasa disebut prosedur adalah penjelasan bagaimana memasang, menyesuaikan, menjalankan suatu perangkat keras atau perangkat lunak.  Prosedur merupakan aturan-aturan yang harus diikuti bilamana menggunakan perangkat keras  dan perangkat lunak. Banyak peripheral perangkat keras maupun sistem tidak berjalan dengan optimal karena dokumentasi yang tidak memadai atau pengguna tidak mengerti manual yang disediakan. Manual harus dibaca dan dimengerti walau serumit apapun. Manual adalah kunci bagi kelancaran sistem.
Manual / prosedur dapat juga mencakup kebijakan-kebijakan khususnya dalam lingkungan jaringan dimana pemasukan dan pengeluaran data membutuhkan format komunikasi bersama. Pertemuan-pertemuan mungkin perlu sering diadakan diantara anggota-anggota jaringan untuk menentukan standar-standar dan prosedur-prosedur.



Tahapan Membangun Sistem AP



Tahap
Hasil
Persiapan
·         Definisi masalah
·         Maksud dan tujuan
·         Kerangka kerja
·         Perkiraan waktu dan biaya
Survei
·         Analisa kond. sumber daya
·         Analisa kebutuhan
·         Analisa sistem berjalan
Disain
·         Menyusun logika kerja sistem
·         Disain data, table, database,  relasi.
·         Disain input, proses dan output
·         Spes. peralatan yang diperlukan
Pembangunan
·         Pembuatan program aplikasi.
·         Instalasi software,  jaringan klien server
·         Dokumentasi
Uji coba
·         Tes sistem keseluruhan
·         Evaluasi, perbaikan
Training
·         Training : staf,operator, teknisi, administrator
·         Sosialisasi
Operasional
·         Sistem siap digunakan.
·         Bantuan teknis
·         Pengembangan lebih lanjut

 

 

 

Kesimpulan

Unsur dan syarat automasi perpustakaan ada banyak. Biasanya, pustakawan berharap terlalu banyak dari sistem ini dan oleh karenannya merasa kecewa bilamana sistem tersebut tidak bekerja seperti yang diharapkan. Untuk memastikan adanya keberhasilan dalam automasi perpustakaan dibutuhkan kerjasama yang optimal dan berkelanjutan diantara pengguna sehingga tercipta kepuasan diantara pengguna, suatu penilain mendalam mengenai kebutuhan-kebutuhan pengguna harus dilakukan sebelum rencana detail untuk automasi dilakukan. Perlu tersedianya staf (pustakawan, operator, teknisi/administrator) yang terlatih. Seluruh anggota staf harus mengerti tentang sistem automasi perpustakaan.

Daftar Pustaka
  1. Materi TOT Technologi Information & Communication oleh Unesco dan Pusnas RI di Yogyakarta 1999
  2. Konsep, Desain dan Implementasi Perpustakaan Elektronik : Integrasi Perpustakaan Terotomasi dan Perpustakaan Digital Untuk Perpustakaan Nasional di Indonesia  Oleh: Ismail Fahmi
  3. Model Implementasi Protokol OAI dalam IndonesiaDLN dan Hubungannya dengan Digital Library di Luar Negeri oleh Rurie Muharto

----------------------------------------------------
Ikhwan Arif
iwan@lib.ugm.ac.id
Koordinator TI Perpustakaan UGM
----------------------------------------------------