StatCounter

View My Stats

Rabu, 03 Desember 2008

aaaaa

dan suara. Media informasi tersebut mampu mengemas dalam bentuk digital dan mampu menampung informasi dalam jumlah yang besar.

Dalam hal ini, surat kabar merupakan salah satu media yang dapat membantu wartawan dalam menyelesaikan tugasnya dalam memenuhi dan melayani kebutuhan manusia akan informasi yang diperlukan. Sebagai salah satu media, surat kabar merupakan sumber informasi dan interpretasi yang mempengaruhi pikiran dan sikap manusia. Disamping itu surat kabar juga sebagai alat pembentuk, penghimpun dan penyalur pendapat umum.

Keberadaan media surat kabar merupakan sumber informasi yang dibutuhkan manusia khususnya wartawan Harian Umum Pikiran Rakyat (H.U. P.R), hal tersebut disadari sepenuhnya oleh Perpustakaan H.U. P.R. yang merupakan lembaga pusat data dan informasi di surat kabar tersebut. Dalam memenuhi kebutuhan informasi wartawan, perpustakaan H.U. P.R menyediakan beberapa layanan yang semuanya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan wartawan akan informasi guna penulisan berita, salah satunya dengan mengadop layanan penelusuran informasi melalui data base PUSAKA .

Database adalah kumpulan file-file yang saling berelasi, relasi tersebut biasa ditunjukan dengan kunci dari tiap file yang ada. Satu data base menunjukan satu kumpulan data yang dipakai dalam satu lingkup perusahaan.

Dalam satu file terdapat record-record yang sejenis, sama besar, sama bentuk, merupakan satu kumpulan entity yang seragam. Satu record terdiri dari field-field yang saling berhubungan untuk menunjukan bahwa field tersebut dalam satu pengertian yang lengkap dan direkam dalam satu record.

Set program pengelola merupakan satu paket program yang dibuat agar memudahkan dan mengefisiensikan pemasukan atau perekaman informasi dan pengambilan atau pembacaan informasi ke dalam data base.

Kumpulan file yang saling berkaitan bersama dengan program untuk pengelolaannya disebut sebagai DBMS. Database adalah kumpulan datanya, sedang program pengelolanya berdiri sendiri dalam satu paket program yang komersil untuk membaca data, mengisi data, menghapus data, melaporkan data dalam database.

Pemanfaatan database untuk perpustakaan sangat menguntungkan karena seluruh data dapat diakses dari mana saja, oleh siapa saja dan kapan saja. Lepas dari keterbatasan dan kekurangan serta pengaruh yang mungkin ditimbulkan oleh database, namun jenis database sudah saatnya dipergunakan atau dikoleksi oleh bidang perpustakaan untuk selanjutnya dipergunakan oleh pengguna.

Dengan kemajuan di berbagai bidang, tentunya perpustakaan sebagai salah satu komponen pengelola informasi juga tidak mau kalah. Perkembangan teknologi informasi yang diaplikasikan di perpustakaan-perpustakaan mulai digunakan oleh manusia sejak lima dasawarsa yang lalu. Kemudahan dalam penyusunan, pengolahan, dan penelusuran kembali informasi menjadi tujuan ideal semua perpustakaan yang berpikiran maju. Sehingga ide dasar untuk memenuhi segala kebutuhan users atau pengguna dapat terwujud.

Sistem Informasi Perpustakaan yang disingkat PUSAKA merupakan alat Bantu untuk mengolah bahan pustaka. Program ini juga dapat membantu perpustakaan H.U. Pikiran Rakyat dalam pengaturan dan pengelolaan aktivitas berbasis pustaka. Sistem informasi perpustakaan adalah sebuah perangkat lunak berbasis web yang bermanfaat untuk membantu proses manajemen koleksi seperti buku, CD, dan majalah. PUSAKA digunakan dengan memaksimalkan penggunaan jaringan computer/ intranet, baik dalam pencatatan peminjaman, pengembalian, bahan pustaka, maupun data penting lainnya.

Untuk mengetahui apakah penyediaan database PUSAKA di Harian umum Pikiran Rakyat telah memenuhi harapan pengguna khususnya wartawan perlu dilakukan pengkajian. Oleh karena itu pemanfaatan PUSAKA sebagai sumber informasi untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi wartawan perlu diteliti.

1.2 Perumusan Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang masalah, maka penulis merumuskan masalah yang akan diteliti yaitu : “Bagaimana Pemanfaatan Database Pusaka Dalam Memenuhi Kebutuhan Informasi Wartawan H.U. Pikiran Rakyat”.

1.3 Identifikasi Masalah

Kemudian dari perumusan masalah tersebut untuk selanjutnya dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana tujuan penggunaan database PUSAKA dalam memenuhi kebutuhan informasi wartawan.

2. Bagaimana frekuensi wartawan dalam menelusur informasi melalui database PUSAKA.

3. Bagaimana intensitas wartawan dalam mengakses informasi melalui database PUSAKA.

4. Apa kendala yang ditemui wartawan saat penelusuran melalui database PUSAKA.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji permasalahan-permasalahan yang telah dirumuskan diatas, antara lain :

1. Untuk mengetahui tujuan penggunaan database PUSAKA dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi wartawan.

2. Untuk mengetahui frekuensi wartawan dalam menelusur informasi melalui database PUSAKA.

3. Untuk mengetahui intensitas wartawan dalam mengakses informasi melalui database PUSAKA .

4. Untuk mengetahui kendala yang ditemui wartawan saat penelusuran melalui database PUSAKA.

1.5 Kegunaan penelitian

1.5.1 Kegunaan Teoritis

Sebagaimana kegunaan toeritis penelitan ini diharapkan dapat mengetahui, mempelajari, mengembangkan pengetahuan, dan menambah wawasan penelitian di bidang ilmu informasi dan perpustakaan khususnya dalam bidang kemasan informasi berbasis teknologi.

1.5.2 Kegunaan Praktis

Kegunaan praktis dari penelitian ini adalah :

1. Bagi Perpustakaan H.U. Pikiran Rakyat, untuk mengetahui bagaimana tanggapan wartawan mengenai database PUSAKA sebagai alat bantu penelusuran informasi.

2. Bagi wartawan H.U. Pikiran Rakyat, sebagai media untuk mempermudah proses pengaksesan data dan sumber informasi sehingga efektifitas kerja dapat tercapai.

1.6 Kerangka Pemikiran

Hamalik (1993 : 162 ) mengatakan bahwa “ pemanfaatan informasi merupakan proses pendayagunaan informasi oleh seseorang atau sekelompok orang untuk memenuhi kebutuhannya sesuai dengan tingkat intelektualnya masing-masing”.

Tujuan penyediaan informasi melalui PUSAKA yang diakses melalui jaringan intranet yaitu membantu proses manajemen perpustakaan baik dalam proses pencatatan peminjaman, pengembalian serta pencarian pustaka atau sumber informasi. Akan menjadi lebih efektif dan efisien karena dipercepat oleh suatu sistem terkomputerisasi.

Perilaku pemanfaatan yang benar dapat diketahui di frekuensi dan intensitas yang dilakukan pengguna. Pemakaian PUSAKA pada jasa layanan digital terjadi apabila kebutuhan kognitif, afektif, integrasi sosial dan kebutuhan berkhayal tidak terpenuhi oleh pengguna.

Dalam memenuhi kebutuhan informasi, pengguna akan memulai dengan pencarian informasi yang dibutuhkannya. Proses pencarian informasi oleh penggguna perpustakaan dilakukan untuk menghindari informasi yang tidak sesuai dengan kebutuhannya, hal ini sesuai dengan pendapat Donohew dan Tripton (1973) dalam “Teori Pencarian Informasi” yang mengemukakan adanya penghindaran terhadap informasi yang tidak sesuai dengan citranya tentang realitas. Dimana salah satu asumsi utamanya adalah “ individu cenderung menghindari informasi yang tidak sesuai dengan citranya tentang realitas karena terasa terlampau mengancam”. (McQuail, 1985).

Pada saat mencari informasi, dibedakan antara strategi yang digunakan, dalam model pencarian informasi ini, dibedakan antara strategi, berfokus luas. Dalam strategi berfokus luas individu mengumpulkan kemungkinan sumber informasi. Menilainya dan menetapkan pilihan sumber mana yang akan dipakai. Dan berfokus sempit, satu sumber informasi dianggap sebagai titik keberangkatan dan kemudian dengan dasar itu ia mencari lagi informasi lainnya.

Untuk menjelaskan proses pencarian informasi ini Donohew dan Tripton menuangkannya dalam model yang disebut “model pencarian informasi” berikut ini disajikan peta alur (arus) tersebut :











Gambar 1 : Peta alur penelusuran informasi ( Sumber : McQuail, 1985 : 97 )


Tidak

Luas


Pengguna memanfaatkan koleksi untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dan sesuai dengan kebutuhannya, maka ia akan merasa puas atas apa yang telah didapatnya. Kepuasan pengguna dapat diukur dari sering atau tidaknya pengguna mengunjungi unit informasi serta memanfaatkan jasa unit. Bila pengguna informasi harus membayar jasa dan produk unit yang dibutuhkan, maka frekuensi kunjungan dan pemanfaatan merupakan faktor yang amat jelas. (Basuki, 1992 : 204).

Kepuasan pengguna yang terlearisir merupakan suatu efek yang timbul dalam diri pengguna jasa perpustakaan. Dengan merasa terpenuhinya kebutuhan informasi dengan kemudahan memperoleh koleksi yang diinginkannya, sehingga timbul kesediaan pada dirinya untuk kembali menggunakan PUSAKA

Berdasarkan keterangan diatas maka kerangka pemikiran tentang Pemanfaatan Database PUSAKA Dalam Memenuhi Kebutuhan Informasi Wartawan H.U. Pikiran Rakyat dapat dilihat dalam gambar berikut ini :


Gambar 2 : Pemanfaatan PUSAKA Dalam Memenuhi Kebutuhan Informasi

Dalam memanfaatkan sumber informasi atau koleksi yang terdapat di perpustakaan akan menyangkut tingkat relevansi, kelengkapan, dan kemutakhiran dari informasi yang dibutuhkan oleh penggunanya. Nilai informasi tersebut kemudian akan menimbulkan kepuasan pada diri setiap individu yang membutuhkan. Oleh karena itu, pengguna informasi merupakan salah satu unsur yang turut menentukan penilaian dalam menyempurnakan suatu sistem informasi tersebut.

1.7 Operasional Variabel

Operasional variable penelitian terdiri dari variable bebas (X), dan variable terikat (Y), begitu juga dengan sub-sub variable bebas dan sub-sub variable terikat, antara lain :

Variabel X Pemanfaatan database PUSAKA

Sub Variable X1 Tujuan menggunakan database Pusaka

Indikator 1. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman teknologi informasi

2. Mempercepat proses pencarian informasi

Sub Variabel X2 Frekuensi penelusuran informasi melalui database PUSAKA

Indikator 1. Berapa kali wartawan menelusur informasi dalam 1 minggu

2. Rutinitas penelusuran informasi dalam 1 minggu

Sub Variabel X3 Intensitas pemanfaatan database PUSAKA

Indikator 1. Berapa durasi yang dibutuhkan setiap kali menelusur informasi.

2. Variasi informasi yang kerap di akses wartawan.

Sub variable X4 Kendala penelusuran informasi melalui PUSAKA

1. Kemampuan pemakai akan mengoperasikan teknologi informasi

2. Sibuknya jaringan intranet

Variabel Y Pemenuhan kebutuhan informasi wartawan

Sub Variabel Y1 Pemenuhan kebutuhan informasi mutakhir

Indikator 1. Perolehan informasi terbaru

2. Pemakaian informasi yang diperoleh secara aktif

Sub Variabel Y2 Pemenuhan kebutuhan informasi rutin

Indikator 1. Informasi rutin yang diperoleh

2. Pemenuhan kebutuhan secara rutin

Sub Variabel Y3 Pemenuhan kebutuhan informasi mendalam

Indikator 1. Perolehan informasi secara mendetail

2. Ketergantungan atas informasi yang dibutuhkan

Sub variable Y4 Pemenuhan kebutuhan informasi sekilas

1. Perolehan informasi sekilas

2. Pemanfaatan informasi sekilas

1.8 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survey (survey research). “penelitian yang mengambil sample dari satu populasi dan menggunakna kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok”. (Singarimbun, 1983 : 3).

Survei digunakan untuk mengukur gejala-gejala yang ada tanpa menyelediki kenapa gejala-gejala tersebut ada. Di dalam penelitian ini, kita tidak perlu memperhitungkan hubungan antara variabel-variabel. Tujuan pokok kita adalah menggunakan data yang kita peroleh untuk memecahkan masalah, daripada menguji hipotesis. Survei mempunyai dua lingkup ; yaitu sensus dan survei sampel. Sensus adalah survei yang meliputi seluruh populasi yang diinginkan. Sedangkan sampel survei adalah dilakukan hanya pada sebagian kecil dari suatu populasi.

Dalam metode penelitian survey, memberikan informasi yang actual dengan rinci dengan melukiskan gejala yang ada atau yang sedang terjadi. Informasi dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kuesioner.

1.9 Teknik Pengumpulan Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. pelaksanaan data primer dapat dilakukan setelah mendapat responden, dengan asumsi bahwa responden sudah bersedia menjadi bagian dari penelitian yang akan dilakukan.

Teknik pengumpulan data primer yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Kuesioner

Kuesioner adalah suatu penyelidikan mengenai suatu hal yang menyangkut masalah yang akan penulis teliti dengan cara mengedarkan daftar pertanyaan beserta alternative jawaban berupa formulir tertulis kepada sejumlah responden. Kemudian oleh penulis diproses sehingga diperoleh data yang akurat.

Sedangkan untuk data sekunder, peneliti menggunakan dua teknik pengumpulan data yaitu :

1. Wawancara

Pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung kepada wartawan H.U. Pikiran Rakyat.

2. Studi kepustakaan dan dokumentasi

Studi kepustakaan adalah pengumpulan data penulis lakukan dengan cara mempelajari buku-buku, surat kabar, internet, dan artikel-artikel yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Sedangkan studi dokumentasi yaitu pengumpulan data yang penulis lakukan dengan cara mencari informasi tertulis dari pihak H.U. Pikiran Rakyat guna mendapatkan data yang berkaitan dengan penelitian.

1.10 Populasi dan Sampling

Untuk menetukan sampel yang optimal pada penelitian ini, metode sampling yang digunakan adalah Purposive Sampling. Seseorang diambil sebagai sampel karena memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitian (Hasan Mustafa, 2000).

Pada penelitian ini populasinya adalah wartawan Harian Umum Pikiran Rakyat yaitu sebanyak 30 orang. Peneliti menggunakan sebagian populasi sasaran sebagai responden Adapun responden untuk menentukan sampel adalah yang memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1. Wartawan yang menggunakan database PUSAKA sejak bulan Januari 2006 hingga April 2006. Mengingat program ini baru dimiliki oleh perpustakaan H.U. P.R mulai bulan September 2005.

2. Efektifitas wartawan dalam menggunakan database PUSAKA minimal 1 kali dalam seminggu.

1.11 Teknik Analisis

Teknik analisis data penelitian yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif, yaitu dengan menguraikan data atau jawaban yang diperoleh melalui daftar pertanyaan dari angket/kuesioner yang diajukan kepada responden dengan menyusunnya ke dalam tabel-tabel. Teknik analisis deskriptif bertujuan untuk melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu secara faktual dan cermat.

1.12 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penulis melakukan pengumpulan data di Bagian Perpustakaan dan Dokumentasi Harian Umum Pikiran Rakyat, yang berlokasi di Jalan Soekarno – Hatta No. 147 Bandung. Adapun waktu pengumpulan data diperkirakan menghabiskan waktu selama kurang lebih 1 bulan mulai dari bulan Maret 2006 sampai dengan April 2006.


2.1.2 Arti, Fungsi dan Tujuan Perpustakaan Khusus

Perpustakaan Khusus menurut Pawit M.Yusuf dalam bukunya yang berjudul “Pedoman Mencari Sumber Informasi” menyatakan bahwa :

Perpustakaan khusus adalah perpustakaan yang mengelola informasi bidang tertentu yang sesuai dengan bidang garapan lembaga induknya, dan mempunyai ciri khas yaitu cakupan informasinya khusus, mendalam, dan mutakhir. Juga disebutkan didalamnya, bahwa umumnya perpustakaan khusus merupakan sarana khusus sebagai pelengkapan suatu organisasi, baik swasta maupun pemerintah. (Pawit M.Yusuf, 1988 :14).

Mengingat informasi yang menjadi cakupannya bersifat mutakhir dan mendalam, para pengguna perpustakaan ini pada umumnya orang-orang yang mempunyai tingkat pengetahuan yang lebih tinggi dan peneliti untuk tujuan pengembangan. P.Sumardji menyebutkan bahwa “perpustakaan khusus merupakan perpustakaan yang koleksinya bersifat khusus, yang digunakan sebagai sarana penunjang pengembangan pengetahuan masyarakat khusus (lingkungan khusus) dalam bidang tertentu”. (P. Sumardji, 1988 : 16).

Tugasnya ialah melayani keperluan badan tersebut dengan menyediakan koleksi buku untuk para pengguna yang tergabung pada badan itu. Tugas itu berupa memberi keterangan bibliografi dengan cepat dan tepat serta mengadakan penelusuran literatur atas permintaan.

Perpustakaan khusus sangat menekankan segi efektifitas dan efesiensi serta manfaat sepenuhnya yang dapat diperoleh dari perpustakaan. Untuk lebih jelas mengenai perpustakaan khusus ini, dapat dilihat dari salah satu jenis perpustakaan khusus tersebut, yakni perpustakaan Harian Umum Pikiran Rakyat. Tujuan penyelanggaraan perpustakaan ini yaitu agar para wartawan atau pengguna dapat dengan cepat menerima informasi yang baru, yang akan menunjang tugasnya, baik dalam penulisan artikel, berita maupun wawancara.

2.1.3 Perpustakaan dan Surat Kabar

Kaitan antara perpustakaan dan surat kabar erat sekali. Sebab untuk menyajikan suatu berita, seorang wartawan tidak hanya dapat dilakukan dengan melalui wawancara atau mendatangi sumber berita, namun harus didukung oleh pengetahuan mengenai permasalahan yang menjadi topik pemberitaan. Semua ini dapat dilakukan dengan memfungsikan keberadaan perpustakaan yang ada di lingkungan kerjanya.

Untuk menjadikan perpustakaan tersebut benar-benar menjadi pusat pemberian layanan informasi yang dapat meningkatkan kualitas pemberitaan, maka segala informasi dari berbagai media baik cetak maupun elektronik yang mendukungnya selalu diupayakan pengadaannya untuk kemudian diolah dan disebarluaskan kepada pengguna di lingkungan kerja yang bersangkutan.

Dalam dunia perpustakaan dilakukan pengelompokan terhadap sumber-sumber informasi agar para pengguna perpustakaan dapat menemukan informasi yang sesuai dengan kebutuhannya secara cepat dan tepat. Untuk itu para pengguna perpustakaan perlu mengenal dan memahami segala sumber informasi yang tersedia di perpustakaan.

Dengan berkembangnya zaman, yang disertai oleh tuntutan masyarakat, koleksi perpustakaan menjadi jauh lebih beragam dan dapat dikategorikan sebagai berikut :

1. Buku-buku

2. Penerbitan yang terbit secara berseri seperti majalah.

3. Tesis dan skripsi termasuk desertasi

4. Katalog penerbitan

5. Bahan-bahan audio visual seperti film, gambar, pita suara, dll.

Beragamnya koleksi, jumlahnya yang banyak dan kualitas yang bersaing seringkali menimbulkan kesulitan bagi pengguna untuk memilih menggunakan yang mana. Sebagai jalan keluarnya, Perpustakaan Harian Umum Pikiran Rakyat menyediakan layanan digital yang disebut database PUSAKA.

2.2 Pengelolaan Informasi di Perpustakaan

Informasi yang semakin hari semakin melimpah membuat manusia harus melakukan pencarian guna mendapatkan informasi yang tepat, yang sesuai dengan kebutuhannya karena keadaan yang demikian membuat orang harus menggunakan perangkat modern yang mampu menyajikan pilihan informasi yang sesuai dengan keinginan kita.

Informasi merupakan hal yang terpenting dalam proses komunikasi, tanpa adanya informasi komunikasi tidak akan berlangsung. Inti dari semua pesan adalah informasi dan orang yang menggunakan informasi dalam pesan adalah untuk mengurangi ketidakpastian dan untuk beradaptasi dengan lingkungan (Littlejohn, 1983 : 115).

Dalam memenuhi kebutuhan informasi, pengguna akan memulai dengan pencarian informasi yang dibutuhkannya. Proses pencarian informasi untuk pengguna perpustakaan dilakukan untuk menghindari informasi yang tidak sesuai dengan kebutuhannya, hal ini sesuai dengan pendapat Donohew dan Tripton (1973) dalam “Teori Pencarian Informasi“ yang mengemukakan adanya penghindaran terhadap infromasi yang tidak sesuai dengan citranya tentang realitas. Dimana salah satu asumsi utamanya adalah “individu cenderung menghindari informasi yang tidak sesuai dengan citranya tentang realitas karena terasa terlampau mengancam”. (McQuail, 1985).

Pertama : Citra merupakan hasil pengalaman sepanjang hidup individu dan terdiri dari tujuan, keyakinan dan pengetahuan yang telah diperolehnya.

Kedua : Citra terdiri dari konsep pribadi yang mencakup penilaian terhadap kemampuan mengatasi berbagai situasi.

Ketiga : Citra realitas terdiri dari satu set pengguna informasi dan memproses informasi (McQuail, 1985 :96).

Pada saat mencari informasi ini, dibedakan antara startegi yang digunakan, dalam model pencarian informasi ini dibedakan antara strategi berfokus luas. Dalam strategi berfokus luas, individu mengumpulkan kemungkinan sumber informasi, menilainya dan menetapkan pilihan sumber mana yang akan dipakai. Dan berfokus sempit, satu sumber informasi dianggap sebagai titik keberangkatan dan kemudian dengan dasar itu ia mencari lagi informasi lainnya.

Untuk menjelaskan proses pencarian informasi ini Donohew dan Tripton menuangkannya dalam model yang disebut “model pencarian informasi” berikut :

Ini disajikan peta alur (arus) :




Tidak

Luas



Gambar 1 : Peta alur penelusuran informasi ( Sumber : McQuail, 1985 : 97 )


Pertama : Seseorang dihadapkan pada seberkas stimuli terhadap stimuli ini ia bisa menaruh perhatian, bisa juga tidak. Apakah ia akan meneruskan perhatian, tergantung sebagian pada karakter stimuli itu.

Kedua : Diadakan perbandingan antara stimuli (informasi) dengan citra realitas yang adapada orang tersebut. Disini diadakan pengujian tingkat relevansi dan konsistensi antara citra dengan stimuli. Materi-materi yang terlampau mengancam atau tidak penting dapat disaring pada titik ini, begitu pula stimuli yang terasa terlampau monoton karena terlampau tinggi tingkat konsistensinya, jika stimuli itu ditolak (dibuang) itu artinya proses ini akan berakhir (stop).

Ketiga : Apakah stimuli ini memerlukan tindakan atau tidak, jika tidak berarti stimuli tersebut mempunyai efek-efek membentuk bagian tambahan terhadap citra yang sudah ada (revisi citra).

Keempat : Pemilihan cutra realitas, seperti pengolahan, konsep pribadi dan gaya pengolahan informasi akan ikut menentukan tindakan apa yang harus diambil.

Kelima : Jika mengasumsikan bahwa orang tadi menempatkan stimuli dalam tingkat prioritas tertentu, dalam menilai suatu institusi, orang itu akan memutuskan untuk menutup (closer) karena merasa sudah memperoleh informasi untuk mencari lagi informasi tambahan.

Keenam : Setelah bertindak, seseorang mungkin perlu memperoleh umpan balik, yang memungkinkan melakukan penilaian misalnya, tentang keefektifan tindakannya. Disini ia juga dapat menilai apakah informasi yang digunakannya itu relevan atau tidak.

Ketujuh : Merupakan tetap terakhir, proses ini dapat menghasilkan revisi citra realitas. Pengalaman baru seseorang dapat merubah pandangannya tentang lingkungan dan konsep-konsep pribadinya. “Gaya” pencarian informasinya juga bisa dirubah atau diperkuat oleh hasil proses ini (McQuail 1985 : 98).

2.2.1 Pengertian Penelusuran Informasi

Penelusuran informasi merupakan sebuah proses pencarian atau penemuan kembali informasi. Penelusuran merupakan suatu proses yang sangat menentukan dalam memenuhi permintaan akan informasi bagi pengguna. Dalam penelusuran informasi dibutuhkan kecekatan pemakai dalam menentukan subjek informasi yang ditelusuri. Hal ini akan memudahkan pengguna dalam menentukan informasi yang diberikan oleh beberapa pakar yang diantaranya memiliki kesamaan dalam penekanan pengertian penelusuran informasi tersebut, yaitu penekanan kepada sebuah kegiatan pencarian atau penemuan kembali sebuah informasi dan pemenuhan kebutuhan pengguna.

Penelusuran informasi berbasis jaringan komputer seringkali dikaitkan dengan penelusuran secara online (online searching). Berikut petikan pengertiannya menurut Encyclopedia of information and library science seperti dikutip oleh Beni dalam jurnal ilmu informasi, perpustakaan dan kerasipan :

“online searching sebagai suatu aktivitas penelusuran temu balik informasi berbasis komputer dimana akses langsung secara terpasang (online) kepada database yang tersedia dalam komputer atau jaringan komputer lain”.

(Encyclopedia of information and library science)

Penelusuran informasi melalui PUSAKA dapat dikatakan sebagai penelusuran pustaka secara online. Penelusuran secara online adalah penelusuran yang memungkinkan pengguna berhubungan langsung melalui sistem komputer ke pusat data dengan menggunakan bahasa khusus. (Nurdjaman, 1998 : 194).

2.2.2 Teknik Penelusuran Informasi

Menurut Bambang Setiarso, pada dasarnya teknik penelusuran informasi terbagi menjadi 2 cara, yaitu :

1. Penelusuran manual, penelusuran ini dapat dibagi 2 cara, yaitu :

a. Cara pohon bercabang (snowball system)

Cara ini dapat dilakukan bila penelusuran sudah mendapatlan satu atau beberapa karangan yang tepat, cukup baik dan baru dalam bidang yang diperlukan. Dari karangan-karangan itu dapat dilihat atau ditelusuri referensi yang digunakan.

b. Cara sistematis, dapat dilakukan dengan tahap-tahap :

· Menentukan informasi yang dibutuhkan

· Menentukan kata kunci (thesaurus) yang sesuai

· Menentukan batasan geografi, waktu, bahasa, dan macam dokumen yang diinginkan.

· Memilih alat penelusuran, misalnya katalog perpustakaan, katalog, buku, buku referensi, majalah dan indeks, atau pangkalan data.

· Mencari tinjauan literatur atau kepustakaan.

2. Penelusuran komputer secara online. Dilakukan mengikuti aturan atau prosedur tiap sistem atau program aplikasi komputer yang digunakan.

(Setiarso, 1997).

2.2.3 Perilaku Penelusuran Informasi

Perilaku penelusuran informasi terjadi karena adanya kebutuhan informasi yang dirasakan seseorang. Kebutuhan tersebut bisa disebabkan oleh desakan dari luar seperti tugas-tugas yang harus diselesaikan atau faktor dari dalam yaitu untuk mewujudkan kepuasan dirinya. Perilaku penulusuran informasi merupakan suatu aktivitas dan bersifat kompleks.

Pemanfaatan salah satu fasilitas jasa penelusuran yang ada di perpustakaan dalam hal ini PUSAKA sebagai koleksi non cetak merupakan sebagian fragmen dari proses pencarian informasi seseorang dalam memenuhi kebutuhan informasinya. Sehingga untuk dapat mengetahui perilaku penelusuran informasi dapat digunakan beberapa pendekatan tentang perilaku penelusuran. Salah satunya adalah pendekatan “situasi problematis” wersing (Pendit, 1993 : 5). Yang memulai penelitiannya terhadap pencarian informasi di dalam diri si pencari informasi terutama untuk mengungkapkan aspek kognitifnya.

Berdasarkan hasil temuannya kemudian ia membentuk model bahwa perilaku pencarian informasi didasarkan pada sebuah gambaran tentang kondisi pengetahuan, situasi dan tujuan yang ingin diraih, ketika seseorang mencari informasi.

Selanjutnya pendekatan lain “proses kognisi” seseorang yang sedang mencari informasi adalah “information search process” (ISP) yang dilihat dari persfektif si pencari informasi. Berdasarkan pendekatan tersebut Kuhlthau (1993 : 342, 1991 : 361-371) berhasil mengisolasi 6 tahap tersebut dalam mencari informasi yang sebagai berikut :

1. Tahapan inisiasi, muncul ketika seseorang pertama kali menyadari adanya kebutuhan informasi tertentu, yang ditandai perasaan tidak yakin dan tidak pasti, yang mengakibatkan dilakukan upaya-upaya mengaitkan situasi yang dihadapi dengan simpanan pengalaman yang dimilikinya dengan masa lampau yang berhubungan dengan pencarian informasi.

2. Tahapan seleksi, tahapan dimana pola pikir mereka mulai diarahkan pada upaya mempertimbangkan informasi yang telah ditemukan dengan berbagai kriteria seperti kepentingan pribadi, persyaratan dalam tugas-tugas, sumber informasi yang tersedia dan waktu yang tersedia pada tahap ini seseorang mulai berdiskusi dengan teman-temannya dan mulai melakukan pemilihan informasi secara lebih sistematis.

3. Tahapan eksplorasi, merupakan tahapan dimana pola pikir yang diarahkan pada upaya-upaya menemukan sisi pandangan yang sesuai dengan kepentingannya, yang timbul akibat keraguan yang semakin meningkat karena pembentukan konsep yang ada dalam struktur kognisinya dengan kenyataan informasi yang didapatnya.

4. Tahapan formulasi, merupakan tahapan dimana pola pikir yang sudah terfokus untuk memilih ide-ide dari informasi yang dikumpulkan untuk membentuk prefektif tentang topik yang ditekuninya.

5. Tahapan interaksi, merupakan tahapan dimana pola pikir sudah dikonsentrasikan pada upaya memperjelas, memperluas, dan mengumpulkan informasi tentang topik yang ditekuninya.

6. Tahapan presentasi, merupakan tahapan dimana pola pikir yang dihasilkan merupakan hasil sintesa dari berbagai sumber informasi dan mulai melibatkan egonya berupa pendapat pribadi berdasarkan pijakan informasi sebelumnya.

Berdasarkan tahapan-tahapan tersebut diatas dapat dinyatakan bahwa pola pencarian informasi sifatnya berjenjang, dimulai dari suatu yang serba tidak jelas, tidak pasti sampai pada tahap adanya titik kejelasan dari informasi yang dicarinya.

Tabel Information Search Process

Tahapan-tahapan dalam ISP

Perasaaan yang muncul satu tahap

Pola pikir yang muncul pada setiap tahap

Tindakan yang biasanya muncul setiap tahap

Inisialisasi

Ketidakpastian

Umum atau samar-samar

Mencari informasi latar belakang

Seleksi

Optimisme

Penuh pertimbangan

Berdiskusi,

Eksplorasi

Kebingungan / frustasi

Memulai seleksi

Formulasi

Kejelasan

Lebih sempit / lebih jelas

Mencari informasi yang relevan

Koleksi / pengumpulan

Keyakinan

Peningkatan rasa tertarik

Presentasi

Lega, puas / juga bisa kecewa

Lebih jelas dan fokus

Mencari informasi secara lebih fokus

Sumber : Kuhlthau “inside the search process : information seeking from the user’s perfective” dalam jurnal of the America Society for Information Science.

2.3 Pengertian Informasi

Pengertian informasi menurut dervin dan Nilan dalam Pannen, menyatakan bahwa informasi adalah :

“1. Segala berita, 2. Segala dokumen atau sumber-sumbernya, 3. Segala data, dan 4. Segala bahan yang diterbitkan” (1990 : 29-30).

Informasi merupakan salah satu sumber daya penting dalam suatu organisasi, digunakan sebagai bahan pengambilan keputusan. Sehubungan dengan hal itu, informasi haruslah berkualitas. Menurut Burch dan Grudnitski (1989), kualitas informasi ditentukan oleh tiga faktor yaitu:

1. relevansi.

2. tepat waktu, dan.

3. akurasi.

Akurasi berarti bahwa informasi bebas dari kesalahan. Relevansi berarti bahwa informasi benar-benar berguna bagi suatu tindakan keputusan yang dilakukan oleh seseorang. Tepat waktu berarti bahwa informasi datang pada saat dibutuhkan sehingga bermanfaat untuk pengambilan keputusan.

Untuk mempermudah bagi para pegawai di suatu perusahaan dalam memperoleh informasi, teknologi informasi biasa dilibatkan.

2.3.1 Pengertian Teknologi Informasi

Teknologi informasi (information technology) bisa disebut TI, IT, atau infotech. Berikut berbagai definisi tentang informasi. Teknologi informasi adalah seperangkat alat yang membantu pengguna bekerja dengan informasi dan melakukan tugas-tugas yang berhubungan dengan pemrosesan informasi (Haag dan Keen, 1996). Teknologi tidak hanya terbatas pada teknologi komputer (perangkat keras dan perangkat lunak) yang digunakan untuk memproses dan menyimpan informasi, melainkan juga mencakup teknologi informasi untuk mengirimkan informasi (Martin, 1999). Teknologi informasi adalah teknologi yang menggabungkan komputer dengan jalur komunikasi berkecepatan tinggi yang membawa data, suara, dan video.

Berdasarkan beberapa definisi diatas maka terlihat bahwa teknologi baik secara implisit maupun eksplisit tidak sekedar berupa teknologi komputer, tetapi juga mencakup teknologi telekomunikasi,. Dengan kata lain, yang disebut teknologi informasi adalah gabungan antara teknologi informasi dan teknologi telekomunikasi.

Penjelasan atas dua teknologi yang mendasari teknologi informasi adalah sebagai berikut :

· Teknologi komputer

Teknologi komputer adalah teknologi yang berhubungan dengan komputer, termasuk peralatan-peralatan yang berhubungan dengan printer bahkan CD-ROM. Komputer adalah mesin serbaguna yang dapat dikontrol oleh program, digunakan untuk mengolah data menjadi informasi.

· Teknologi Telekomunikasi

Teknologi telekomunikasi adalah teknologi yang berhubungan dengan komunikasi jarak jauh. Termasuk dalam kategori teknologi ini adalah telepon, radio, dan televisi

2.3.2 Fungsi Sistem Teknologi Informasi

Berdasarkan fungsi yang diemban sistem, sistem teknologi informasi dapat dibedakan menjadi sistem teknologi yang melekat (embedded IT system), sistem teknologi informasi yang khusus (dedicated IT system), dan sistem teknologi informasi serbaguna (general IT system).

1. Embedded IT System

Embedded IT System adalah sistem teknologi informasi yang melekat pada produk lain. Sebagai contoh, sistem VCR (Video Casette Recorder) memiliki sistem teknologi informasi yang memungkinkan pengguna dapat merekam tayangan televisi.

2. Dedicated IT System

Dedicated IT System adalah sistem teknologi informasi yang dirancang untuk melakukan tugas-tugas khusus. Sebagai contoh program PUSAKA dirancang secara khusus untuk melakukan proses manajemen koleksi seperti buku, CD, dan majalah.

3. General Purpose IT System

General Purpose IT System adalah sistem teknologi informasi yang dapat digunakan untuk melakukan berbagai aktivitas yang bersifat umum. Contoh PC dapat digunakan untuk mencatat pengeluaran, melakukan perhitungan statistik, membuat gambar, ataupun untuk belajar bahasa asing.

2.3.3 Peranan Teknologi Informasi

Peranan teknologi informasi pada masa sekarang tidak hanya diperuntukan bagi perusahaan, melainkan juga pusdok. Bagi perusahaan teknologi informasi dapat digunakan untuk mencapai keunggulan kompetitif, sedangkan bagi pusdok teknologi informasi ini salah satunya dapat digunakan untuk memperbesar perhatian pengguna perpustakaan.

Teknologi informasi bisa dikatakan telah merasuki ke segala bidang dan ke berbagai lapisan masyarakat. Orang menjadi terbiasa dengan surat elektronis (e-mail). Pengguna lebih suka menggunakan program-program pengaksesan informasi melalui komputer daripada datang langsung ke pusat informasi.

2.3.3.1 TI Dalam Dunia Pendidikan

Teknologi informasi juga dapat melahirkan fitur-fitur baru dalam dunia pendidikan. Sistem pengajaran berbasis multimedia (teknologi yang melibatkan teks, gambar, suara, dan video) dapat menyajikan materi pelajaran yang lebih menarik, tidak monoton, dan memudahkan penyampaian.

2.3.3.2 TI Dalam Dunia Perpustakaan

Dunia perpustakaan tidak jauh berbeda dengan pendidikan. Perpustakaan juga telah mengalami perubahan orientasi dari orientasi kegiatan proses menjadi orientasi pada pengguna (user). Perubahan orientasi ini terjadi sebab akibat tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan informasi yang harus disajikan kepada pengguna yang membutuhkan.

Perubahan orientasi tersebut antara lain juga disebabkan karena dimanfaatkannya teknologi informasi. Perubahan yang diakibatkan oleh teknologi informasi adalah munculnya berbagai bentuk media simpan informasi yang harus dikelola oleh perpustakaan. Media informasi yang muncul karena pengaruh teknologi informasi antara lain :

1. Gambar diam (opaque, transparancy, slide, filmstripe).

2. Gambar bergerak (film 16 dan 8 mm).

3. Rekaman (piringan suara, kaset video, piringan video, CD, LCD)

2.4 Jaringan Komputer

Jaringan komputer (computer netwrok) atau sering disingkat jaringan adalah hubungan dua buah simpul (umumnya berupa komputer) atau lebih yang ditujukan untuk melakukan pertukaran data atau untuk melakukan bagipakai perangkat lunak, perangkat keras, dan bahkan berbagai kekuatan pemrosesan. Berikut adalah penjelasan tentang manfaat penggunan jaringan komputer :

· Berbagi perangkat keras

Perangkat keras semacam hard disk, CD-ROM drive, dan bahkan modem dapat digunakan oleh sejumlah komputer tanpa perlu melepas dan memasang kembali. Peranti cukup dipasang pada sebuah komputer atau dihubungkan ke suatu peralatan khusus dan semua komputer dapat mengaksesnya.

· Berbagi program atau data

Program ataupun data dimungkinkan untuk disimpan pada sebuah komputer yang bertindak sebagai server (yang melayani komputer-komputer yang akan membutuhkan data atau program). Cara seperti ini memungkinkan sebuah perusahaan membeli sebuah perangkat lunak seperti pengolah data dan dipasang di server. Penempatan data pada sebuah server memberikan keuntungan; antara lain menghindari duplikasi data dan ketidakkonsistenan. Data disimpan secara terpusat pada sebuah komputer (pusat data ada di perpustakaan), bukan pada setiap komputer pengguna sehingga tidak terjadi duplikasi data.

· Mendukung kecepatan berkomunikasi

Dengan adanya dukungan jaringan komputer, komunkasi dapat dilakukan dengan cepat. Para pengguna komputer dapat mengirimkan surat elektronis dengan mudah.

· Memudahkan pengaksesan informasi

Jaringan komputer memudahkan pengaksesan informasi. Seseorang dapat berpergian ke mana saja dan tetap bisa mengakses data yang terdapat pada server ketika ia membutuhkannya.

2.4.1 Intranet

Secara harfiah, kata intranet terbagi menjadi dua bagian yaitu intra yang berarti “di dalam”, dan kata net yang berarti “jaringan” (komputer). Jadi bisa diambil kesimpulan bahwa intranet adalah jaringan komputer yang khusus untuk penggunaan pada lingkungan di dalam batasan suatu organisasi.

Sedangkan jika dilihat dari sudut teknisinya, intranet didefinisikan sebagai penggunaan teknologi internet dan WWW (World Wide Web) didalam sebuah jaringan komputer lokal (LAN).

LAN adalah jaringan komputer yang mencakup area dalam satu ruang, satu gedung, atau beberapa gedung yang berdekatan. Intranet memaksimalkan penggunaan LAN tersebut dengan menambahi kemampuan-kemampuan internet kedalamnya. Sebagai contoh, jaringan dalam satu kampus yang terpadu atau di sebuah lokasi perusahaan tergolong sebagai LAN.

LAN dapat berupa client/server. Client/Server adalah suatu model jaringan yang memiliki client dan server. Client adalah komputer yang meminta layanan (bisa berupa data atau perangkat keras seperti printer), sedangkan sever adalah komputer yang bertindak untuk melayani permintaan client. Fungsi server itu sendiri sebenarnya berupa perangkat lunak yangn dijalankan pada perangkat keras yang umumnya berupa komputer.

2.5 Database Sebagai Sumber Informasi

Informasi merupakan salah satu sumber daya penting dalam suatu perusahaan ataupun lembaga, digunakan sebagai bahan pengambilan keputusan. Sehubungan dengan hal itu, informasi haruslah berkualitas. Menurut Burch dan Grudnitski (1989), kualitas informasi ditentukan oleh tiga faktor, yaitu :

· Relevansi

· Tepat waktu, dan

· Akurasi

Akurasi berarti informasi bebas dari kesalahan. Relevansi berarti bahwa informasi benar-benar berguna bagi suatu tindakan keputusan yang dilakukan oleh seseorang. Tepat waktu berarti bahwa informasi datang pada saat dibutuhkan sehingga bermanfaat untuk pengambilan keputusan.

Untuk mempermudah bagi para pegawai di suatu perusahaan atau lembaga dalam memperoleh informasi, teknologi informasi bisa dilibatkan. Secara lebih khusus, lembaga umumnya menerapkan sistem informasi. Menurut Alter (1992) sistem informasi adalah kombinasi antar prosedur kerja, informasi, orang, dan teknologi informasi yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan dalam sebuah lembaga.

Database Sistem Informasi Perpustakaan atau PUSAKA merupakan alat Bantu untuk mengolah bahan pustaka. Program ini dapat membantu perpustakaan H.U. Pikiran Rakyat dalam pengaturan dan pengelolaan aktivitas berbasis pustaka. Sistem informasi perpustakaan adalah sebuah perangkat lunak berbasis web yang bermanfaat untuk membantu proses manajemen koleksi seperti buku, CD, dan majalah. PUSAKA digunakan dengan memaksimalkan penggunaan jaringan computer/ intranet, baik dalam pencatatan peminjaman, pengembalian, bahan pustaka, maupun data penting lainnya.

Program ini berbasis web, artinya hanya dengan memasang/instal program ini di sebuah komputer, pegawai yang menggunakan komputer lain akan dapat memanfaatkan program ini asalkan terhubung dalam suatu jaringan intranet dengan memakai program semacam Internet Explorer.

Dengan adanya program ini, diharapkan proses pencatatan penerimaan, peminjaman maupun pengembalian pustaka akan menjadi jauh lebih efektif dan efisien karena dipercepat oleh suatu sistem terkomputerisasi. Apabila hal itu terwujud, sumber daya manusia yang selama ini digunakan untuk melakukan proses yang sifatnya manual dan berulang-ulang dapat dialihkan ke kegiatan-kegiatan lain yang jauh lebih bermanfaat.

2.5.1 Definisi Database

Menurut Stephens dan Plew (2000) database atau basis data adalah mekanisme yang digunakan untuk menyimpan informasi atau data. Dengan basisdata, pengguna dapat menyimpan data secara terorganisasi. Setelah data disimpan, informasi harus mudah diambil. Kriteria dapat digunakan untuk mengambil informasi. Cara data disimpan dalam basisdata menentukan seberapa mudah mencari informasi berdasarkan banyak kriteria. Data pun harus mudah ditambah kedalam basisdata, dimodifikasi, dan dihapus.

Kemudian, Silberschatz, dkk; (2002) mendifinisikan basis data sebagai kumpulan data berisi informasi yang sesuai untuk sebuah perusahaan. Sistem manajemen basisdata (DBMS) adalah kumpulan data yang saling berhubungan dan kumpulan program untuk mengakses data. Tujuan utama sistem manajemen basisdata adalah menyediakan cara menyimpan dan mengambil informasi basisdata secara mudah dan efisien.

DBMS adalah bagian perangkat lunak yang dirancang untuk membuat tugas sebelumnya menjadi mudah. Dengan menyimpan data dalam DBMS daripada sebagai kumpulan file sistem operasi, kita dapat menggunakan fitur DBMS untuk mengelola data secara efisien. Karena volume data dan pengguna terus bertambah, ratusan gigabyte data dan ribuan pengguna merupakan hal biasa dalam basisdata perusahaan saat ini sehingga dukungan DBMS sangat diperlukan (Ramakrishnan dan Gehrke, 2003).

· Keuntungan DBMS

DBMS memungkinkan perusahaan maupun pengguna individu untuk :

1. Mengurangi pengulangan data

DBMS mengurangi jumlah total file dengan menghapus data yang terduplikasi di berbagai file. Data terduplikasi selebihnya dapat ditempatkan dalam satu file.

2. Mencapai independensi data

Spesifikasi data disimpan dalam skema pada tiap program aplikasi. Perubahan dapat dibuat pada struktur data tanpa mempengaruhi program yang mengakses data.

3. Mengintegritasikan data beberapa file

Saat file dibentuk sehingga menyediakan kaitan logis, maka organisasi fisik bukan merupakan kendala. Organisasi logis, pandangan pengguna, dan program aplikasi tidak harus tercermin pada media penyimpanan fisik.

4. Mengambil data dan informasi dengan cepat

Hubungan-hubungan logis, bahasa logis, bahasa manipulasi data, serta bahasa query memungkinkan pengguna mengambil data dalam hitungan detik / menit.

5. Meningkatkan keamanan

DBMS ataupun micro computer dapat menyertakan beberapa lapisan kemanan seperti password, direktori pengguna, bahasa sandi sehingga data yang dikelola akan lebih aman.

2.5.2 Lingkungan Database

Lingkungan database adalah sebuah habitat dimana terdapat basisdata untuk bisnis. Dalam lingkungan basisdata, pengguna memiliki alat untuk mengakses data. Pengguna bisa datang dari dalam lingkungan basisdata atau dari luar lingkungan. Pengguna melakukan semua tipe pekerjaan dan keperluan mereka bervariasi seperti menggali data (mining for data), momidifikasi data, atau berusaha membuat data baru. Masih dalam lingkungan, pengguna tertentu bisa tidak diperbolehkan mengakses data, baik secara fisik maupun logis.

Program PUSAKA termasuk kedalam lingkungan Client-Server. Lingkungan client-server terdiri atas sebuah komputer utama, yang disebut server, dan satu atau lebih PC yang dihubungkan ke server. Basisdata terletak pada server, yang merupakan bagian terpisah dari PC. Masing-masing pengguna yang ingin mengakses basisdata pada server harus memiliki PC sendiri.

Karena PC adalah sistem komputer terpisah, aplikasi dibuat dan diinstal pada PC dimana melalui aplikasi itulah pengguna dapat mengakses basisdata pada server. Aplikasi pada client mengirimkan permintaan data atau transaksi melalui jaringan secara langsung ke basisdata host server. Informasi dikirmkan melalui jaringan ke basisdata menggunakan open database connectivity (ODBC) atau software jaringan lainnya. Salah satu masalah dalam lingkungan client-server adalah ketika versi baru aplikasi dibuat, aplikasi harus diinstal dan dikonfigurasi ulang pada tiap-tiap komputer client. Gambar 2.1 mengilustrasikan lingkungan client-server.

Komputer Client

(Personal Computer)




Oval: Internet Host Server

Gambar 2.1 Lingkungan Client-Server

2.5.3 Sistem Client-Server

Ketika PC menjadi lebih cepat, lebih bertenaga, dan lebih murah, ada pergeseran arsitektur sistem terpusat. PC menggantikan terminal yang dihubungkan ke sistem terpusat. Oleh karena itu, PC dianggap mempunyai kemampuan sebagai antarmuka pengguna yang sering ditangani langsung oleh sistem terpusat. Sebagai hasilnya, sistem terpusat sekarang ini bertindak sebagai sistem server yang melayani permintaan sistem client.

2.5.3.1 Server Data

Sistem server data digunakan pada LAN dimana ada hubungan kecepatan tinggi antara client dan server, komputer client sepadan dengan kekuatan pemrosesan dari komputer server. Pada lingkungan semacam ini, komputer server bisa mengirim data ke komputer client agar melakukan semua pemrosesan pada komputer client, lalu mengirimkan datanya kembali ke komputer server. Arsitektur server data sangat populer pada sistem database berorientasi objek (Silberschatz, dkk.,2002).

2.6 Pemanfaatan Informasi

Pemanfaatan berasal dari kata manfaat, W.S.J Poerwadinata dalam kamus bahasa indonesia menyatakan bahwa manfaat sama artinya dengan faidah. Sedangkan pemanfaatan artinya suatu proses, cara atau perbuatan memanfaatkan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan koleksi guna mendapatkan manfaat atau faidah yang dalam hal ini manfaat yang diperoleh adalah terpenuhinya kebutuhan akan informasi.

Menurut Soejono trimo bahwa yang dimaksud pemanfaatan koleksi perpustakaan adalah : “pemanfaatan perpustakaan tidak diartikan pengguna datang, duduk santai di ruangan perpustakaan untuk berbicara dengan pustakawannya”. (Trimo, 1992 : 6 ). Dengan demikian pengguna datang ke perpustakaan untuk memanfaatkan koleksi perpustakaan yang bersangkutan. Adapun tujuan dan alasan dari memanfaatkannya tersebut berbeda-beda. Keadaan ini dapat terlihat dari berbagai faktor seperti waktu atau lamanya pemanfaatan, frekuensi dan intensitas pemanfataan serta jenis dan jumlah koleksi yang dimanfaatkan.

Hamalik (1993 : 162 ) mengatakan bahwa “ pemanfaatan informasi merupakan proses pendayagunaan informasi oleh seseorang atau sekelompok orang untuk memenuhi kebutuhannya sesuai dengan tingkat intelektualnya masing-masing”.

Dan menurut B.Mustofo (1998 : 182) tindakan pemanfaatan layanan digital di perpustakaan sangat beragam, ada yang memanfaatkannya untuk merawak (browse) informasi pada belantara hompage, ada pula yang menggunakan untuk mendwonload program yang berada di publik domain dan ada pula yang menggunakan untuk mengirim dan menerima pesan elektronik (email).

Ada 2 faktor yang mempengaruhi pengguna dalam memanfaatkan koleksi di perpustakaan yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu pengguna, terdiri dari 3 unsur yaitu motivasi (instrinsik dan ekstrinsik), kebutuhan dan minat. Sedangkan faktor eksterrnal yaitu pihak perpustakaan sendiri terdiri dari kelengkapan koleksi, keterampilan pustakawan dan fasilitas yang tersedia.

Adapun penjelasannya sebagai berikut :

1. Faktor internal

a. Motivasi, terdiri dari :

1. Motivasi instrinsik, yaitu dengan yang muncul dari diri pengguna. Dengan motivasi ini seseorang sadar dan merasa perlu untuk mengetahui seseuatu oleh sebab itu maka seseorang akan memanfaatkan koleksi perpustakaan karena kesadaran sendiri tanpa ada pengaruh dari orang lain.

2. Motivasi ekstrinsik, yaitu dorongan yang muncul dari luar diri pengguna atau karena pengaruh dari luar.

b. Kebutuhan

Kebutuhan merupakan stimulus yang datang dari dalam diri seseorang pada saat menghadapi sesuatu, misalnya : untuk menyelenggarakan hasil laporan penelitian maka akan datang ke perpustakaan untuk mencari literatur yang sesuai dengan kegiatannya.

c. Minat

Minat adalah stimulus yang mendorong seseorang untuk bertindak dengan objek yang dihadapi oleh sebab itu seseorang akan memanfaatkan koleksi perpustakaan apabila dalam dirinya ada minat untuk memanfaatkannya.

2. Faktor eksternal

a. Kelengkapan koleksi

Hal ini berkaitan dengan penyediaan koleksi yang lengkap dengan ragam koleksi yang beraneka macam, serta isi informasi yang mutakhir karena dengan koleksi yang lengkap dan mutakhir akan dapat menjadi perangsang bagi pengguna untuk memanfaatkan koleksi yang tersedia di perpustakan.

b. Keterampilan pustakawan

Hal ini berkaitan dengan pelayanan yang diberikan oleh pustakawan kepada pengguna yang membutuhkan dan mencari informasi yang diperlukan. Apabila layanan tersebut dapat memberikan kepuasan tersendiri bagi pengguna sehingga pengguna terdorong untuk kembali menggunakan perpustakaan.

Dengan adanya layanan database PUSAKA memberikan manfaat yang sangat banyak kepada perpustakaan, diantaranya :

1. Terjadinya efisiensi waktu dalam penelusuran dan akses informasi karena pengguna memanfaatkan layanan database pusaka dengan strategi yang tepat.

2. Peranan perpustakaan dapat didayagunakan oleh pengguna dalam mencari sumber rujukan melalui koleksi digital.

3. Informasi dapat ditelusur dan diakses oleh pengguna atau peneliti melalui layanan database pusaka dapat meningkatkan kualitas pemberitaan.

4. Informasi di perpustakaan yang menyediakan layanan database pusaka dapat ditelusur atau diakses dengan cepat oleh pengguna.

Menurut Bambang Setiarso (1997 : 83) “ penyebaran informasi menjadi terbalik dibandingkan dengan mode konvesional jika dulu informasi dicetak baru disebarkan, kini informasi disebar dulu secara elektronik baru dicetak di komputernya masing-masing secara online”.

Dalam pemanfaatan PUSAKA sebagai media pemenuhan kebutuhan informasi diperlukan pengetahuan dan kemampuan pengguna dalam memanfaatkannya, serta kualitas tampilan gambar serta kandungan informasi yang ditampilkan sehingga kebutuhan informasi yang ada dapat dipenuhi seoptimal mungkin.

Selain itu intensitas dan frekuensi dalam setiap pemanfaatan PUSAKA juga merupakan faktor yang mempengaruhi terpenuhinya kebutuhan informasi pengguna. Dengan didukung faktor-faktor tersebut maka pengguna dapat dengan tepat dan mudah menemukan informasi yang dibutuhkannya, serta menemukan kesesuaian antara isi informasi dengan kebutuhan informasinya dan juga merasa puas akan informasi tersebut. Dengan demikian kebutuhan informasi pengguna yang memanfaatkan pusaka dapat terpenuhi.

2.7 Definisi Wartawan

Wartawan atau biasa juga disebut dengan kuli tinta merupakan salah satu pekerjaan mulia di dunia, yaitu melayani dan memenuhi kebutuhan khalayak akan informasi. Biasanya wartawan bekerja di media massa sebagai pegawainya, ada juga wartawan yang bekerja tidak untuk siapa-siapa melainkan untuk dirinya sendiri atau biasa disebut wartawan freelance.

Profesi wartawan mencerminkan segala sesuatu pekerjaan yang berhubungan dengan informasi, baik mengumpulkan, mengolah, dan menyebarkan informasi dalam bentuk tulisannya/ berita kepada khalayak .

Melihat definisi-definisi di atas, bahwa profesi sebagai wartawan bukanlah pekerjaan yang mudah, dibutuhkan profesionalisme dan kejujuran dalam mengolah suatu informasi hingga menjadi suatu berita yang berbobot .

2.7.1 Kebutuhan Informasi Wartawan

Wartawan sebagai profesi yang menyampaikan informasi dalam suatu kemasan berita, juga membutuhkan informasi selayaknya kita sebagai manusia. “Memang benar bahwa setiap orang membutuhkan informasi sebagai bagian dari tuntutan kehidupannya, penunjang kegiatannya, dan pemenuhan kebutuhan” (Yusup,1995 : 8).

Kebutuhan informasi seorang wartawan merupakan suatu keperluan sebelum wartawan menyusun sebuah berita, atau pada saat menyusun berita, tujuannya untuk menggunakan tulisannya. “Riset dokumentasi dilakukan sebagai upaya untuk memperoleh fakta yang berasal dari dokumen tertulis” (Siregar, 1998 : 50). Dokumen yang dimaksud bisa didapatkan wartawan dari kliping yang ada di perpustakaan ataupun surat kabar. Hal ini juga disepakati oleh Idris Soewardi, bahwa riset merupakan hal yang penting bagi wartawan untuk memenuhi kebutuhan informasinya, “Seorang reporter yang baik tidak pernah lupa melakukan riset sebelum melakukan tugasnya. Riset itu dapat dilakukan di perpustakaan / pusat dokumentasi (library research) atau di lapangan (field research). Pada dasarnya setiap perencanaa (planning) harus didahului oleh riset, termasuk perencanaan tugas reporter. Selain riset ia pun dapat melakukan peninjauan (observating), bahkan jika perlu melakukan penyelidikan (investigating). Ia harus seorang yang tidak pernah kehabisan semangat kerja, aktif dan terampil” (Idris, 1987 : 169).

Sebagai pengguna pusat informasi/perpustakaan seorang wartawan biasanya membutuhkan informasi untuk menyelesaikan tugas-tugasnya, berikut adalah empat jenis kebutuhan akan informasi :

1. Kebutuhan informasi mutakhir (current need approach)

Kebutuhan informasi terbaru akan mendorong setiap pengguna informasi yang selalu aktif untuk mendapat informasi baru.

2. Kebutuhan informasi rutin (everyday need approach)

Kebutuhan informasi rutin bersifat spesifik dan menuntut adanya jawaban yang tepat dari pengelolaan informasi dalam memenuhi kebutuhan pemakai.

3. Kebutuhan informasi mendalam (exhaustive need approach)

Mengisyaratkan adanya suatu ketergantungan yang tinggi akan informasi.

4. Kebutuhan informasi sekilas (catching up need approach)

Kebutuhan ini berarti pemakai membutuhkan informasi hanya sekilas saja tetapi memberikan gambaran lengkap tentang suatu topic.

(Guha, 1978 : 47)

Kebutuhan informasi dan cara menemukannya berbeda untuk setiap pengguna. Melvin Voight dalam Wulandari (1997) menyebutkan bahwa orang yang sama pada waktu yang berbeda dapat berinteraksi dengan sistem informasi dengan berbagai cara, tergantung pada tujuan pengguna sehubungan dengan bidang pekerjaan, tingkatan pekerjaan dan minat bagi peneliti, tujuan mencari informasi adalah untuk : (1) merangsang munculnya pemikiran dan tindakan sebagai akibat pengaruh dan interaksi pendapat, pengetahuan, pengalaman, dan keberhasilan orang lain, (2) mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi, (3) mengetahui ketersediaan informasi dan data khusus serta pengetahuan yang berkaitan dengan kegiatan yang sedang ditangani untuk menghindarkan terjadinya duplikasi kegiatan sehingga akan menghemat biaya, waktu dan tenaga, (4) mendapat keterangan mengenai latar belakang suatu kegiatan penelitian dan mengenal bidang-bidang yang belum dikenali (Bunyamin).

Pengguna memanfaatkan koleksi untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dan sesuai dengan kebutuhannya, maka ia akan merasa puas atas apa yang telah didapatnya. Kepuasan pengguna dapat diukur dari sering atau tidaknya pengguna mengunjungi unit informasi serta memanfaatkan jasa unit. Bila pengguna informasi harus membayar jasa dan produk unit yang dibutuhkan, maka frekuensi kunjungan dan pemanfaatan merupakan faktor yang amat jelas. (Basuki, 1992 : 204).


035/MENPEN/SIUPP/A/7/1966, tanggal 11 Februari 1996, dan dicetak oleh PT. Granesia Bandung.

Pada masa awal terbitnya, Pikiran Rakyat mendapatkan modal usaha pertamanya dari hasil peminjaman jangka pendek (6 bulan) yang diperoleh berkat bantuan Panglima Kodam VI/Siliwangi (sekarang Kodam III/Siliwangi).

Sarana percetakan Harian Umum Pikiran Rakyat pada awalnya merupakan milik orang lain itupun masih sangatlah sederhana dan ketinggalan zaman. Hal itu mengakibatkan sirkulasi surat kabar Harian Umum Pikiran Rakyat sangat sedikit sampai tahun 1973 sirkulasi Harian Umum Pikiran Rakyat masih selalu jauh ketinggalan dari surat kabar lainnya. Selama hampir 7 tahun (1966-1973) oplah harian ini tidak pernah lebih dari 20000 eksemplar.

Pada tahun 1974 merupakan tahun awal kebangkitan dari Harian Umum Pikiran Rakyat. Pada tahun tersebut Harian Umum Pikiran Rakyat sudah mampu memiliki mesin cetak sendiri yang lebih modern dan canggih melalui fasilitas bantuan kredit dan Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan bantuan PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri). Sejak saat itulah Harian Umum Pikiran Rakyat mulai melesat dan berkembang menjadi salah satu harian yang terkemuka di Jawa Barat dan menggeser dominasi surat kabar ibukota. Bahkan saat ini Pikiran Rakyat telah berkembang menjadi sebuah grup perusahaan yang dinamakan Grup Pikiran Rakyat.

3.1.2 Visi dan Misi Harian Umum Pikiran Rakyat

A. Visi Harian Umum Pikiran Rakyat

1. Harian Umum Pikiran Rakyat yang bercikal bakal Harian Angkatan Bersenjata edisi Jawa Barat dilahirkan pada tanggal 24 Maret 1966 untuk diupayakan agar dapat hidup dalam masa yang panjang, bahkan kalau mungkin sepanjang masa, diwarisi oleh generasi demi generasi sebagai surat kabar yang terus maju, tumbuh dan berkembang menjadi tambah besar, baik sebagai institusi social maupun sebagai institusi bisnis.

2. Sebagai institusi social, Harian Umum Pikiran Rakyat dilahirkan untuk menjadi wahana ibadah kepada Allah SWT, sekaligus wahana pengabdian kepada masyarakat, bangsa dan Negara.

3. Sebagai institusi bisnis Harian Umum Pikiran Rakyat dilahirkan untuk menjadi dan dijadikan wahana bisnis yang mampu meraih sebesar-besarnya penadapatan dan laba. Sebagai institusi bisnis Harian Umum Pikiran Rakyat harus dikelola dengan azas dan kaidah-kaidah manajemen perusahaan yang baku, serta mampu memenuhi keempat unsure Marketing mix yang terdiri dari product, price, place and promotion.

4. Kinerja Harian Umum Pikiran Rakyat sebagai institusi social sangatlah bergantung pada kinerja yang dicapai oleh Manajemen dan jajaran terkait dalam mengelola Harian Umum Pikiran Rakyat sebagai institusi bisnis. Sebaliknya, kinerja Harian Umum Pikiran Rakyat sebagai institusi bisnis sangatlah bergantung pada kemampuan dan kinerja Manajemen dan jajaran terkait menjadikan surat kabar ini sebagai produk yang idiil yang laku jual. Pengelolaan kedua aspek idiil dan aspek bisnis komersil harus dilaksanakan secara terpadu dan sinkron dalam kerangka satu kesatuan strategi yang komprehensif-integral.

5. Harian Umum Pikiran Rakyat dilahirkan untuk diupayakan agar menjadi Tuan Rumah yang dominan didaerahnya sendiri, yaitu Jawa Barat dimana memiliki potensi sangat besar untuk menunjang eksistensi dan penumbuhkembangkan surat kabar. Karena itu Harian Umum Pikiran Rakyat harus diupayakan menjadi surat kabar yang menyebar seluas-luasnya di seluruh Jawa Barat, dan dibaca oleh sebanyak-banyak orang dengan tiras terjual sebesar-besarnya, menjadi pilihan sebanyak-banyaknya pengguna jasa iklan dengan volume space iklan terjual sebesar-besarnya dan menghasilkan pendapatan sebesar-besarnya pula.

6. Penyelenggaraan Harian Umum Pikiran Rakyat baik yang berperan sebagai institusi social maupun institusi bisnis harus diselenggarakan berdasarkan hubungan interdependensi yang saling menunjang.

B. Misi Harian Umum Pikiran Rakyat

Misi harian ini adalah untuk menyediakan dan mengisi segala kebutuhan informasi bagi pembaca, khususnya masyarakat Jawa Barat. Target dari para pendiri Harian Umum Pikiran Rakyat sejak semula adalah menerbitkan tidak hanya surat kabar regional Jawa Barat, tetapi juga surat kabar local atau “community newspaper” untuk masyarakat pedesaan, dan surat kabar nasional dalam arti isi maupun peredarannya meliputi seluruh wilayah nusantara.

Sebagai institusi social Harian Umum Pikiran Rakyat dilahirkan untuk berkiprah dan berperan serta dalam pembangunan bangsa dan Negara, khususnya di Jawa Barat, termasuk pembangunan kualitas manusianya yang mencakup :

1. Kualitas keimanan dan ketaqwaannya kepada Tuhan YME, serta ketaatannya melaksanakan segala yang diperintahkan-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

2. Kualitas pemahaman penghayatan atas kewajiban dan haknya sebagai warga Negara, serta komitmen untuk melaksanakan, mengupayakan, dan memperjuangkannya.

3. Kualitas kesehatan, wawasan, pengetahuan dan keterampilan serta moral yang amanah (jujur, adil, percaya diri, dan terpecaya).

3.1.3 Susunan Organisasi H.U. Pikiran Rakyat

Sebuah organisasi bertujuan untuk memudahkan manajemen dengan melihat tingkatan atau pembagian kerja dalam suatu system. Pikiran Rakyat membagi system kerjanya ke dalam beberapa tingkatan. Susunan organisasi di Bagian Redaksi Harian Umum Pikiran Rakyat terdiri dari :

1. Pemimpin Redaksi

2. Wakil Pemimpin Redaksi

3. Redaktur Pelaksana Bidang Redaksional

4. Radpel Bidang Cybermedia

5. Staf Inti Redaksi

Adapun bagan struktur dari organisasi Redaksi Harian Umum Pikiran Rakyat terlampir di halaman lampiran.

3.1.4 Struktur Organisasi Redaksi H.U. Pikiran Rakyat

Kegiatan kerja terbagi menjadi 2, yaitu kegiatan administrative dan kegiatan operasional. Kegiatan administrative dilakukan di Jl. Asia Afrika No. 77 Bandung, sedangkan kegiatan operasional dilakukan di Jl. Soekarno Hatta No. 147 Bandung. Penulis melakukan penelitian dibagian redaksi khusus PUSDOK yang merupakan bagian operasionalnya.

Berikut merupakan struktur organisasi redaksi H.U. Pikiran Rakyat :

* Pemimpin Umum : H. Syafik Umar

* Wakil Pemimpin Umum : H.A.M. Ruslan (Non Aktif)

* Pemimpin Redaksi I : H. Yoyo Siswaya Adiredja

* Pemimpin Redaksi II : H. Widodo Asmowiyoto

* Dewan Redaksi : H. Soeharmano Tjitrosoewarno, H. Dalius.

* Redaktur Pelaksana : Deni Kahdar Gunandi, Endi Sungkono.

* Koordinator Liputan : Nanang Setiawan, H. Satrio Widianto (Jkt)

* Redaktur :Mira Zuhadi, H. Budhiana, Wawan Djuwarna.

Bagian redaksi yang merupakan unsur yang produktif dalam penerbitan H.U. Pikiran Rakyat memiliki pembagian redaksi yang disebut redaktur / desk sebagai editor, yaitu :

a. Redaktur Bandung Raya

b. Redaktur JABAR

c. Redaktur Nasional

d. Redaktur Nusantara

e. Redaktur Olahraga

f. Redaktur Foto

g. Redaktur Ekuindag

h. Redaktur Internasional

i. Redaktur Artikel

j. Redaktur “PR” Minggu

k. Redaktur Malam

l. Redaktur Monitoring

m. Dokumentasi

n. Kepala Sekretariat Redaksi

3.1.5 Kebijakan Umum Redaksi

Divisi redaksi adalah pelaksana utama dan penganggung jawab utama pada setiap penerbitan pers, termasuk pikiran rakyat (PR). Melalui divisi ini, pikiran rakyat menjadi surat kabar yang mampu menyebarluaskan informasi, melakukan kontrol sosial, menyalurkan aspirasi masyarakat, dan menjadi media komunikasi sosial.

Strategi dan kebijaksanaan redaksional P.R. ditetapkan oleh Dewan Redaksi yanng harus singkron dengan strategi dan sasaran dibidang pemasaran. Kebijakan yang tercantum adalah profil P.R adalah, pertama untuk menjadikan H.U. P.R. senantiasa unggul dalam pemberitaan mengenai peristiwa yang terjadi dan masalah yang timbul di Jawa Barat (Jabar), kedua, memberikan prioritas pada pemberitaan mengenai peristiwa yang terjadi dan masalah yang muncul di daerah-daerah lain yang menjadi wilayah sasaran H.U. P.R., ketiga memberikan prioritas pada pemmberitaan mengenai peristiwa dan masalah yang relevan dengan kepentingan daerah dan masyarakat Jawa Barat, maupun yang relevan dengan kepentingan daerah dan masyarakat di kawasan yang menjadi wilayah sasaran pemasaran H.U. P.R. di luar Jabar. Dan keempat dalam pemilihan dan penyajian artikel harus memperhatikan relevansi dengan kepentingan daerah dan masyarkat Jabar, maupun kawasan lain yang menjadi sasaran pemasaran H.U. P.R. diluar Jabar.

Selain kebijakan umum diatas, ada juga kebijakan yang lebih teknis pemberitaan untuk dijadikan pegangan setiap staf redaksi. Redaksi P.R. harus menumbuh kembangkan dan memelihara citra, integritas, dan kredibilitas H.U. P.R. sebagai surat kabar yang memenuhi dan mencerminkan hal-hal berikut :

1. Informasi yang disajikan senantiasa akurat, objektif, disamping lengkap dalam arti memberikan gambaran seutuh mungkin mengenai peristiwa dan masalah yang diberikan.

2. Berita dan tulisan lainnya berbobot dalam materi, bermutu dalam bahasa, mudah dipahami dan enak dibaca.

3. Kontrol sosial, maupun kritik dan koreksi yang senantiasa proposional dan berbobot.

4. Tekun dalam menyalurkan aspirasi masyarakat, gigih dalam membela kepentingan rakyat, tetapi tetap bijaksana dan tidak emosional.

5. Berani menegakkan kebenaran dan memberantas kejahatan, tetapi menjungjung tinggi azas praduga tak bersalah.

6. Membuka kesempatan seluas-luasnya untuk berlangsungnya komunikasi timbal balik antara pemerintah dengan masyakarat, tanpa membiarkan diri menjadi ajang polemik yang bisa membingungkan masyarakat atau pembaca.

7. Tidak melupakan fungsi sebagai media hiburan yang segar tetapi sehat.

3.2 Perpustakaan dan Dokumentasi (PusDok) H.U. Pikiran Rakyat

Untuk menunjang kegiatan para wartawannya, Pikiran Rakyat membentuk bagian khusus yang bertugas untuk menyediakan, menyimpan, dan mengelola informasi dan dokumentasi yang sekiranya dibutuhkan para wartawan. Bagian tersebut dinamakan Bagian Perpustakaan dan Dokumentasi tugas dari bagian ini adalah mengumpulkan menyimpan, mengelola serta menyebarluaskan berbagai bentuk informasi untuk keperluan pemberitaan atau untuk keperluan umum.

Bagian Perpustakaan dan Dokumentasi mempunyai wewenang dalam melaksanakan pengadaan koleksi sumber informasi (baik membeli atau sumbangan), mengelola sumber informasi (buku, kliping, foto, majalah, surat kabar, dan lain-lain), serta melayani kebutuhan penggunanya terutama wartawan.

3.2.1 Tugas dan Fungsi PusDok P.R

Seperti layaknya tugas dokumentasi dan perpustakaan lain, Perpustakaan dan Dokumentasi H.U. Pikiran Rakyat mempunyai tugas yaitu mengumpulkan, memelihara, mengatur, dan mendayagunakan bahan pustaka untuk kelancaran tugas para wartawan dan staf H.U. Pikiran Rakyat. Dokumentasi dan perpustakaan juga mempunyai tugas sebagai pusat penyimpanan dokumentasi foto yang telah dimuat.

Dalam menyelenggarakan tugas tersebut perpustakaan H.U. Pikiran Rakyat juga mempunyai fungsi antara lain :

1. Membantu kelancaran tugas wartawan H.U. Pikiran Rakyat dengan menyiapkan informasi yang setiap waktu dengan tepat sebagai bahan untuk pemuatan berita atau artikel maupun untuk bahan wawancara.

2. Melaksanakan pengumpulan, penyeleksian, pengolahan, dan penyimpanan serta penyebarluasan bahan pustaka.

3. Melaksanakan pengembangan koleksi, menyediakan jasa referensi dan informasi yang dibutuhkan oleh watawan.

3.2.2 Struktur Organisasi PusDok P.R

Untuk mengupayakan pengembangan dan pelaksanaan manajemen penghimpunan, pengolahan, dan penyebarluasan informasi maka dibentuk struktur organisasi perpustakaan.

Perpustakaan dan Dokumentasi dibagi menjadi 2 unit :

- Unit Perpustakaan

- Unit Dokumentasi

3.2.3 Maksud dan Tujuan PusDok P.R

Dokumentasi dan Perpustakaan H.U. Pikiran Rakyat mempunyai maksud adalah agar para wartawan atau pengguna dapat dengan cepat menerima informasi yang baru, yang akan menunjang tugasnya.

Sedangkan tujuan utama Perpustakaan H.U. Pikiran Rakyat adalah :

1. Memberikan wawasan yang luas kepada pengguna.

2. Memberikan informasi yang dapat menunjang kerja dan kegiatan wartawan.

3.3 Database PUSAKA

3.3.1 Sejarah Perusahaan PUSAKA

“Hit and run” adalah sebuah istilah yang sudah sering didengar oleh perusahaan yang memanfaatkan jasa konsultan IT dalam pengembangan perangkat lunak.

“Hit” berarti mendapatkan proyek dan menyelesaikannya sesuai ketentuan. “Run” berarti berlari dan tidak lagi bertanggung jawab pada perangkat lunak yang dihasilkan setelah proyek selesai.

“Hit and run” dapat terjadi karena sebagian besar jasa konsultan IT tidak berbasiskan produk melainkan proyek. Sehingga setiap perangkat lunak yang dibuat tidak dipikirkan apakah dapat dikembangkan, apakah dapat bertambah kemampuannya. Fokus utama jasa konsultan berbasis IT adalah bagaimana menghasilkan suatu produk sesuai dengan spesifikasi proyek dan selesai tepat waktu.

CV. Suteki Global Informatika hadir dengan memberikan alternatif baru kepada pelangganuhy, yaitu konsultan IT berbasis produk yang bertujuan untuk memasyarakatkan teknologi informasi sesuai dengan visi/misi yang diemban.

Suteki Global Informatika didirikan pada tahun 2002 dan telah berbentuk CV pada Juni 2004 oleh beberapa orang alumni Departemen Teknik Informatika ITB.

Visi dan Misi

Kemajuan pada Teknologi Informasi merupakan faktor utama dalam mengubah masyarakat kapital. Capitalist Society menuju masyarakat berpengetahuan Knowledge Society. Seiring dengan proses transformasi tersebut dibutuhkan dukungan teknologi sebagai alat bantu manusia (human) untuk mengerjakan berbagai aktivitas dalam rangka pengumpulan pengetahuan (collecting knowledge) dan penerapannya secara efektif. Kecenderungan-kecenderungan yang terjadi dalam Knowledge Society menuntut profesionalisme kerja disertai penciptaan inovasi-inovasi yang berkelanjutan.

Mereka harus siap dan mampu menghadapi kendala-kendala yang dialami agar badan organisasi atau bisnis yang dikelola tetap exist dan terus berkembang dalam pencapaian visi dan misinya.

3.3.1 Tujuan Diselenggarakannya Program Database PUSAKA

Penerapan database PUSAKA yang digunakan pusdok H.U. P.R. yaitu sebagai alat untuk menelusur informasi bagi wartawan. Mengingat tugas wartawan adalah menyampaikan informasi kepada khalayak dalam bentuk berita yang merupakan buah tulisannya. Sebagai penulis berita wartawan itu sendiri juga membutuhkan informasi sebagai penunjang untuk menyelesaikan tugasnya. “Pers melalui wartawan tidak senantiasa hadir sendiri dalam suatu kejadian. Bahkan andaikata berpresensi sendiri, ia masih memerlukan kelengkapan beritanya dari sumber-sumber lain”. (Oetama, 1987 : 8).

Tujuan adanya layanan program ini, diharapkan segala proses pencatatan penerimaan, peminjaman maupun pengembalian pustaka akan menjadi jauh lebih efektif dan efisien karena dipercepat oleh suatu sistem terkomputerisasi. Apabila hal itu terwujud, sumber daya manusia yang selama ini digunakan untuk melakukan proses yang sifatnya manual dan berulang-ulang dapat dialihkan ke kegiatan-kegiatan lain yang jauh lebih bermanfaat.

Hadirnya program PUSAKA membuat penyebaran informasi dari perpustakaan kepada pengguna menjadi lebih cepat dan setiap pengguna memiliki hak penelusuran dan akses yang sama terhadap informasi di perpustakaan.

Sistem Informasi Perpustakaan atau PUSAKA merupakan alat Bantu untuk mengolah bahan pustaka. Program ini juga dapat membantu perpustakaan H.U. Pikiran Rakyat dalam pengaturan dan pengelolaan aktivitas berbasis pustaka. Sistem informasi perpustakaan adalah sebuah perangkat lunak berbasis web yang bermanfaat untuk membantu proses manajemen koleksi seperti buku, CD, dan majalah. PUSAKA digunakan dengan memaksimalkan penggunaan jaringan computer/ intranet, baik dalam pencatatan peminjaman, pengembalian, bahan pustaka, maupun data penting lainnya.

Program ini berbasis web, artinya hanya dengan memasang/instal program ini di sebuah komputer, pegawai yang menggunakan komputer lain akan dapat memanfaatkan program ini asalkan terhubung dalam suatu jaringan intranet dengan memakai program semacam Internet Explorer.

Fasilitas-fasilitas yang dimiliki PUSAKA antara lain :

1. Penambahan dan Peng-Update-an Operator/Petugas

Data petugas perpustakaan dapat dikelola dengan menggunakan fasilitas ini. Petugas/operator perpustakaan dapat melayani transaksi peminjaman/pengembalian pustaka serta penambahan/update data pustaka, dan data anggota.

2. Penambahan dan Peng-Update-an Anggota

Data anggota perpustakaan dapat ditambah, update, maupun dihapus dengan menggunakan fasilitas ini. Anggota perpustakaan terdiri dari dua yaitu anggota biasa dan anggota khusus dengan perlakuan yang dapat diatur sesuai dengan kebijakan yang ada. Data anggota yang dapat ditambahkan antara lain: ID, Nama, Tanggal Daftar, TTL, Alamat, No. KTP, Telepon, HP, Email, Jenis Keanggotaan, dan Foto.

3. Penambahan dan Peng-Update-an data Pustaka

Data pustaka dapat ditambah, diubah, atau dihapus dengan menggunakan fasilitas ini. Data pustaka yang dapat ditambahkan terdiri dari: ID, Judul, ISBN, Pengarang, Penerbit, Jenis, Edisi, Cetakan, Abstraksi, Tanggal Terbit, Tanggal Masuk Perpustakaan, Status Peminjaman, Status Penerimaan, Asal Pustaka, Denda keterlambatan per hari, Jumlah Eksemplar, Gambar Sampul, File Digital Pustaka.

4. Peminjaman dan Pengembalian Pustaka

Pencatatan data peminjaman pustaka dan pengembalian pinjaman yang dilakukan oleh seorang anggota perpustakaan dapat dilakukan dengan menggunakan fasilitas ini. Semua transaksi peminjaman dan pengembalian pustaka akan tercatat dengan rapi dan sistematis.

5. Pemesanan dan Permintaan Pustaka

Anggota perpustakaan dapat melakukan pemesanan secara online pustaka yang tersedia agar anggota dapat meminjam pustaka tersebut pada kesempatan berikutnya. Atau apabila pustaka tersebut tidak tersedia, anggota dapat meminta secara online agar pustaka yang dicari dapat disediakan oleh perpustakaan yang bersangkutan.

6. Pencarian Pustaka.

Data pustaka dapat dicari secara online oleh siapa saja walaupun dia bukan anggota perpustakaan yang bersangkutan.

7. Manajemen Hari Libur

Data hari libur harus diatur apabila perpustakaan menerapkan kebijakan bahwa pada hari libur, jumlah hari peminjaman pustaka tidak dihitung.

8. Promosi Pustaka dan Berita

Informasi mengenai pustaka terbaru atau berita yang terkait dengan perpustakaan yang bersangkutan dapat ditampilkan melalui media informasi yang disediakan oleh PUSAKA.

9. Forum Diskusi

Anggota perpustakaan dapat melakukan diskusi secara online melalui media diskusi yang disediakan oleh pusaka.

3.3.2 Keunggulan Pusaka

a. Dapat berkomunikasi antar anggota perpustakaan dengan fasilitas forum diskusi dengan memaksimalkan jaringan komputer berbasis intranet.

b. Proses Manajemen Pustaka dilakukan secara elektronik sehingga proses pelayanan kepustakaan menjadi lebih cepat dan terkendali.

c. Paperless, karena tidak lagi membutuhkan katalog untuk pencatatan identitas pustaka.

d. Browsing Pustaka dilakukan secara online oleh siapa saja.

e. Promosi Pustaka dan Berita dapat ditampilkan melalui media informasi yang disediakan oleh PUSAKA.

f. Dengan adanya Barcode Scanner, maka terhindarkan dari tindakan oknum-oknum yang hendak menyelundupkan pustaka atau tidak mengikuti prosedur peminjaman.

3.4 Pemanfaatan Database PUSAKA

Dunia perpustakaan telah mengalami perubahan orientasi dari orientasi kegiatan proses menjadi orientasi pada pengguna (user). Perubahan orientasi ini terjadi sebab akibat tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan informasi yang harus disajikan kepada pengguna yang membutuhkan.

Perubahan orientasi tersebut antara lain juga disebabkan karena dimanfaatkannya teknologi informasi. Perubahan yang diakibatkan oleh teknologi informasi adalah munculnya berbagai bentuk media simpan informasi yang harus dikelola oleh perpustakaan.

Berdasarkan hal itu maka pihak perpustakaan H.U. Pikiran Rakyat membuat suatu kebijakan dengan menyediakan database PUSAKA sebagai media penelusuran informasi bagi wartawan. Program PUSAKA dimiliki oleh perpustakaan P.R mulai Bulan Agustus 2005, menurut hasil penelitian penulis database pusaka aktif digunakan oleh pengguna dari Bulan januari 2006. Rentang waktu yang cukup panjang itu digunakan oleh staf perpustakaan sebagai ajang promosi dan pelatihan.

Pemanfaatan PUSAKA sebagai media penelusur informasi mulai digunakan oleh wartawan pada bulan Januari, hal ini disebabkan karena program ini baru sehingga pengguna perlu untuk bersosialisasi. Apabila wartawan memiliki waktu yang cukup banyak untuk mencari informasi, maka mereka datang langsung ke perpustakaan.

Tujuan lain pengguna memanfaatkan pusaka selain sebagai media penelusur informasi, juga sebagai media untuk memesan buku atau informasi lain yang dibutuhkan pengguna kepada pustakawan.

3.4. 1 Frekuensi Penelusuran Informasi Melalui PUSAKA

Lamanya waktu yang dibutuhkan pengguna dalam memanfaatkan pusaka sebagai media penelusur informasi, mengakibatkan awalnya frekuensi pemanfaatan Database PUSAKA sebagai media penelusur dikalangan wartawan masih minim. Minimnya tingkat penggunaan pusaka bisa dilihat dari aspek promosi dan sosialisasi dari pihak perpustakaan. Menurut Harter dan Kim, “walaupun internet gratis, tidak dikenakan biaya bagi pengguna untuk mengakses informasi, mereka secara umum sangat kecil atau minim untuk mulai belajar menggunakan”. (Woodword, 1997).

Maka dari itu pihak perpustakaan tidak henti-hentinya mengadakan sosialisasi dan pelatihan kepada para wartawan sebagai pengguna utama. Hasilnya pemanfaatan pusaka dikalangan wartawan mulai efektif digunakan, otomatis frekuensi pemanfaatan pusaka sering digunakan.

3.4. 2 Intensitas Pemanfaatan Database PUSAKA

Intensitas pemanfaatan pusaka oleh wartawan menurut hasil penelitian penulis, rata-rata setiap harinya pengguna hanya mengakses tidak lebih dari 45 menit. Hal itu disebabkan karena keterbatasan waktu seorang wartawan yang pekerjaannya sebagai pemburu berita, mengingat setiap berita harus selesai tepat waktu atau sesuai deadline, selain itu rasa bosannya pengguna berlama-lama dikomputer membuat mereka datang langsung ke perpustakaan.Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan wartawan, dalam satu minggu para wartawan selaku pengguna utama mengakses melalui pusaka maksimal 3 kali.

Seperti yang telah dipaparkan diatas bahwa wartawan tidak memiliki waktu yang cukup dalam mencari atau menelusur informasi karena dikejar deadline maka proses pengaksesan pusaka bagi mereka tidak terlalu cepat dalam memberikan informasi yang diperlukan. Karena membutuhkan waktu untuk browsing informasi. Kalau menurut penulis pusaka sudah cukup cepat dalam pengaksesan informasi yang diperlukan.

Jenis informasi yang kerap diakses wartawan sangat bervariatif sesuai dengan pekerjaannya masing-masing. Mengingat wartawan terbagi dalam berbagai redaktur, misalnya redaktur ekuindag, maka informasi yang kerap diakses oleh wartawan tersebut adalah informasi tentang ekonomi.

3.4. 3 Kendala Penelusuran Melalui Database PUSAKA

Berdasarkan penelitian penulis, kendala yang berarti dalam pemanfaatan database PUSAKA bukan dari faktor kemampuan seseorang dalam mengoperasikan teknologi informasi, mengingat pekerjaan wartawan sehari-hari berhubungan dengan komputer karena sudah terbiasa menelususr melalui internet, otomatis mereka tidak terlalu sulit jika mengoperasikan progam baru dalam komputer. Selain itu bahasa dan cara penelusuran melalui pusaka mudah untuk dilakukan

Faktor utama yang menjadikan kendala dalam pemanfaatan database PUSAKA adalah kurangnya respon positif dari pengguna, dikarenakan para wartawan masih sangat mengandalkan fasilitas internet sebagai media penelusur informasi. Mengingat pusaka merupakan alat bantu baru yang disediakan oleh perpustakaan, sehingga para wartawan masih belum mengetahui keunggulan yang dimiliki pusaka. Disamping itu kurangnya promosi dan pengenalan oleh pihak perpustakaan kepada pengguna mengakibatkan enggannya wartawan menggunakan pusaka sebagai media penelusur informasi.

3.4. 4 Pemenuhan Kebutuhan Informasi Wartawan

Sebagai pengguna pusat informasi/perpustakaan seorang wartawan biasanya membutuhkan informasi untuk menyelesaikan tugas-tugasnya, berikut adalah empat jenis kebutuhan akan informasi :

Ketersediaan informasi mutakhir (current need approach)

Cukup aktualnya informasi yang terkandung dalam pusaka disebabkan oleh up to datenya atau mutakhirnya informasi. Kemutakhiran informasi dapat terus terjaga, apabila staf perpustakaan dengan cepat dan aktif memasukan informasi termutakhir kedalam pusaka. Sehingga pengguna dapat dengan mudah dan puas dalam mengakses melalui pusaka. Kebutuhan informasi terbaru akan mendorong setiap pengguna informasi yang selalu aktif untuk mendapat informasi baru.

Ketersediaan informasi rutin (everyday need approach)

Kebutuhan informasi rutin bersifat spesifik dan menuntut adanya jawaban yang tepat dari pengelolaan informasi dalam memenuhi kebutuhan pengguna. Pusaka cukup mengandung informasi yang beragam artinya banyaknya pilihan informasi sesuai dari berbagai bidang. Mengingat wartawan terbagi dalam beberapa redaktur yang satu sama lain membutuhkan informasi yang berbeda-beda, maka pusaka menyediakan informasi rutin seperti informasi kesehatan tentang perkembangan penyakit flu burung.

Ketersediaan informasi mendalam (exhaustive need approach)

Mengisyaratkan adanya suatu ketergantungan yang tinggi akan informasi. Contoh kasus wartawan nusantara membutuhkan informasi tentang budaya suatu daerah-daerah tertentu, untuk mengantisipasi kebutuhan informasi wartawan tersebut maka menurut penulis pusaka sudah cukup mengandung informasi yang mendalam, misalnya tentang budaya sunda.

Ketersediaan informasi sekilas (catching up need approach)

Kebutuhan ini berarti pengguna membutuhkan informasi hanya sekilas saja tetapi memberikan gambaran lengkap tentang suatu topic. Apabila ada berita yang saat itu sedang marak di bicarakan oleh semua orang, maka menurut penulis pusaka dapat memberikan informasi sekilas atau brief news tersebut kepada pengguna.


BAB IV

PEMBAHASAN

Bab ini merupakan pembahasan hasil penelitian mengenai “Pemanfaatan Database PUSAKA Dalam Memenuhi Kebutuhan Informasi Wartawan Harian Umum Pikiran Rakyat”. Dari hasil penyebaran angket yang diberikan kepada wartawan H.U. P.R., maka data yang diperoleh tersebut kemudian dianalisis dan diuraikan.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan analisis kuantitatif. Variabel bebas atau varaibel X pada penelitian ini ialah Pemanfaatan Database Pusaka, sedangkan variabel terikat atau variabel Y pada penelitian ini adalah Memenuhi Kebutuhan Informasi Wartawan Harian Umum Pikiran Rakyat.

Seperti dijelaskan pada bab pendahuluan, populasi dalam penelitian ini adalah pengguna PUSAKA. Untuk menentukan sampel yang optimal pada penelitian ini, metode sampling yang digunakan adalah Purposif Sampling. Seseorang diambil sebagai sample karena memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitian (Hasan Mustafa, 2000). Indikator yang digunakan untuk menentukan anggota populasi menjadi sampel adalah yang memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1. Wartawan yang menggunakan database PUSAKA sejak bulan Januari 2006 hingga April 2006. Mengingat program ini baru dimiliki oleh perpustakaan H.U. P.R bulan September 2005.

2. Efektifitas wartawan dalam menggunakan database PUSAKA minimal 1 kali dalam seminggu.

Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran angket kepada 25 orang responden. Jumlah wartawan keseluruhan 60 orang, tetapi wartawan yang aktif datang ke kantor berjumlah 30 orang, sedangkan responden yang memenuhi persyaratan berjumlah 25 orang. Angket yang telah diisi responden dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif, yakni untuk memudahkan analisis data, data-data yang telah berhasil diperoleh dari responden ditabulasikan sesuai dengan jawaban-jawaban responden. Analisa dilakukan dengan menggunakan tabel-tabel yang memuat prosentase dari setiap jawaban responden yang perhitungannya menggunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

P = Prosentase

F = Frekuensi pilihan jawaban

N = Jumlah responden

(Supardi, 1979 : 52)

Penafsiran data dilakukan dengan menggunakan pedoman penafsiran data, sebagaimana diungkapkan Supardi dalam bukunya yang berjudul STATISTIK, yaitu sebagai berikut :

01 % - 24 % = Sebagian kecil

25% - 49% = Hampir setengahnya

50% = Setengahnya

51% - 75% = Sebagian besar

76% - 99% = Pada umumnya

100% = Seluruhnya

Data yang berasal dari jawaban responden atas pertanyaan-pertanyaan dalam angket tadi disusun dalam suatu lembar koding, selanjutnya disusun kedalam bentuk tabel yang kemudian dianalisis dan di interpretasikan secara deskriptif.

Analisis data terbagi kedalam 2 bagian, yaitu : bagian pertama berkaitan dengan data responden, dan bagian kedua berkaitan dengan analisis data penelitian.

4.1 Analisis Data Responden

Analisis data responden dibutuhkan untuk mengetahui latarbelakang responden, yang dapat dijadikan masukan untuk memperjelas data penelitian. Tabel 4.1.1 sampai dengan tabel 4.1.2, merupakan data responden yang dalam hal ini adalah pengguna database pusaka. Data responden meliputi jenis kelamin, usia, dan jenis redaktur.

4.1.1 Jenis Kelamin

Tabel 4.1.1 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No

Jenis Kelamin

f

%

1

Laki-laki.

15

60

2

Perempuan

10

40

Jumlah

25

100

Pada tabel 4.1.1 dapat digambarkan bahwa sebagian besar jenis kelamin responden dalam penelitian ini adalah laki-laki, tercatat sebanyak 15 orang (60%) dari 25 orang responden adalah laki-laki. Sisanya adalah perempuan sebanyak 10 orang (40%) dari 25 orang responden. Prosentase ini sebanding dengan perbandingan jumlah wartawan laki-laki dan perempuan di Harian Umum Pikiran Rakyat yang sebagian besar adalah laki-laki. Tetapi hal tesebut tidak berpengaruh terhadap penelitian ini.

4.1.2 Usia Responden

No

Usia

f

%

1

25-28 tahun

16

64

2

29-32 tahun

7

28

3

33-36 tahun

1

4

4

>37 tahun

1

4

Jumlah

25

100

Pada tabel 4.1.2 dapat dilihat bahwa usia yang paling dominan adalah antara 25-28 tahun, tercatat sebanyak 16 orang (64%) dari 25 orang responden, dan usia 29-32 tahun sebanyak 7 orang (28%) dari 25 responden, sedangkan sebagian kecil usia 33-36 tahun dan >37 tahun sebanyak 1 orang (4%) dari 25 responden.

Maka diketahui wartawan Harian Umum Pikiran Rakyat sebagain besar berusia antara 25-28 tahun. Dimana usia diantara 25-28 tahun merupakan masa-masa produktif seorang manusia. Seorang wartawan dituntut untuk selalu produktif dalam menyampaikan informasi, untuk memenuhi tuntutan tersebut dibutuhkan stamina dan kreatifitas yang masih baik dan biasanya itu terdapat pada seseorang di usia 25-28 tahun. Oleh karena itu wartawan HU. P.R sebagain besar masih berumur muda, namun dengan latar belakang pengalaman dan pendidikan yang memadai.

4.1.3 Jenis Redaktur

Jenis redaktur memiliki pengaruh besar terhadap penelusuran jenis informasi yang dibutuhkan oleh setiap wartawan. Berikut tabel yang menerangkan mengenai jenis redaktur responden.

4.1.3 Tabel Jenis Redaktur

No

Jenis Redaktur

f

%

1

Redaktur Bandung Raya

20

80

2

Redaktur JABAR

2

8

3

Redaktur Nasional

4

Redaktur Nusantara

5

Redaktur Olahraga

3

12

6

Redaktur Foto

7

Redaktur Ekuindag

8

Redaktur Internasional

9

Redaktur Artikel

10

Redaktur “PR” Minggu

11

Redaktur Malam

12

Redaktur Monitoring

Jumlah

25

100

Pada tabel 4.1.3 dapat dilihat bahwa sebagaian besar redaktur responden adalah Redaktur Bandung Raya tercatat 20 orang (80%) dari 25 orang responden, sedangkan sebagian kecil lagi terbagi antara Redaktur Olahraga sebanyak 3 orang (12%) dan Redaktur JABAR sebanyak 2 orang (8%) dari 25 orang responden.

Pencatuman item pertanyaan ini didasarkan atas asumsi awal bahwa wartawan pada setiap redaktur mempunyai kebutuhan informasi yang berbeda-beda. Prosentase diatas terlihat bahwa yang paling dominan atau sering menggunakan database PUSAKA adalah Redaktur Bandung Raya sebanyak 20 orang (80%), hal ini disebabkan wartawan membutuhkan banyak informasi untuk mendukung penulisan berita atau artikel.

4.2 Analisis Data Penelitian

Analisis data penelitian yang akan dilakukan penulis pada bagian ini merupakan penjabaran dari operasional variabel. Penjabaran dari operasional variabel tersebut berupa pertanyaan-pertanyaan angket yang hasilnya akan ditabulasikan secara langsung oleh penulis kedalam suatu tabulasi tunggal. Dalam penelitian ini ada 2 varaibel yang akan diteliti, yaitu variabel pemanfaatan database pusaka, dan varaibel pemenuhan kebutuhan informasi.

Berikut adalah variabel Pemanfaatan Database Pusaka dengan sub variabelnya tujuan menggunakan database pusaka, frekuensi penelusuran informasi melalui pusaka, intensitas pemanfaatan database pusaka, dan kendala penelusuran informasi melalui pusaka.

Sedangkan untuk variabel pemenuhan kebutuhan informasi wartawan dengan sub variabelnya sebagai berikut pemenuhan kebutuhan informasi mutakhir, pemenuhan kebutuhan informasi rutin, pemenuhan kebutuhan informasi mendalam, dan pemenuhan kebutuhan informasi sekilas.

4.2.1 Analisis Tujuan Menggunakan PUSAKA

Penulis menguraikan sub variabel ini kedalam 5 pertanyaan penelitian, dan merupakan penjabaran dari indikator penelitian. Berikut ini adalah hasil penelitian terhadap responden mengenai awal mulanya responden mengetahui adanya pusaka, awal mulanya responden memanfaatkan pusaka, tujuan menggunakan pusaka selain mencari informasi, dan tujuan menggunakan pusaka selain meningkatkan pengetahuan teknologi.

4.2.1.1 Sumber Promosi Pusaka

Kebijakan suatu perusahaan atau lembaga informasi dalam menyediakan suatu program baru untuk memenuhi kebutuhan pegawainya, memerlukan berbagai promosi untuk mengenalkan produk atau program tersebut kepada pegawainya selaku pengguna utama. Berikut tabel 4.2.1.1 menggambarkan pendapat responden mengenai pengetahuan keberadaan adanya database PUSAKA.

Tabel 4.2.1.1 Pengetahuan Keberadaan Adanya Database PUSAKA

No

Pengetahuan Keberadaan Adanya Database PUSAKA

f

%

1

Adanya promosi dari para staf pustakawan.

2

8

2

Mengetahui dari teman sekantor

19

76

3

Diadakannya pengenalan dan pelatihan oleh pihak perpustakaan

4

16

Jumlah

25

100

Berdasarkan tabel 4.2.1.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mengetahui keberadaan database PUSAKA adalah mengetahui dari teman sekantor, tercatat sebanyak 19 orang (76%) dari 25 orang responden. Sedangkan hampir sebagian kecil responden mengetahui melalui promosi yang dilakukan pustakawan sebanyak 4 orang (16%), dan sisanya responden mengetahui melalui pengenalan dan pelatihan dari pihak perpustakaan, sebanyak 2 orang (8%) dari 25 orang responden.

Hal ini menunjukan bahwa dalam menyebarkan informasi mengenai keberadaan produk atau jasa baru, cara yang lebih efektif dan mudah adalah dengan teknik penyebaran melalui mulut ke mulut.

Menurut Sulistyo (1992) bahwa, “… terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi individu dalam mengakses informasi dari sistem layanan informasi diantaranya seberapa jauh pengguna mengetahui produk dan jasa informasi yang digunakan. (Sulistyo Basuki, 1992).

4.2.1.2 Permulaan Memanfaatkan Pusaka

Database Pusaka dimiliki oleh perpustakaan Harian Umum Pikiran Rakyat pada bulan Agustus 2005. Dan mulai resmi digunakan pada bulan September 2005. Berikut tabel 4.2.1.2 menggambarkan pendapat responden mengenai permulaan memanfaatkan pusaka.

Tabel 4.2.1.2 Permulaan Memanfaatkan Pusaka

No

Permulaan

f

%

1

Sejak adanya program ini yaitu bulan Agustus 2005

2

8

2

Sejak bulan September 2005

17

68

3

Sejak bulan Oktober 2005

6

24

Jumlah

25

100

Pada tabel 4.2.1.2 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden permulaan memanfaatkan database PUSAKA adalah sejak bulan September 2005, tercatat sebanyak 17 orang (68%) dari 25 orang responden. Hampir sebagian kecil responden mulai memanfaatkan database PUSAKA sejak bulan Oktober sebanyak 6 orang (24%) dan sisanya memanfaatkan pada bulan Agustus 2005.

Dari data diatas menunjukan bahwa walaupun keberadaan database PUSAKA tersebut sudah ada sejak bulan Agustus 2005, namun tingkat pemakaian mulai efektif digunakan oleh sebagian besar wartawan pada bulan September 2005, rentang waktu 1 bulan dari adanya program ini digunakan oleh pihak perpustakaan untuk promosi dan pelatihan kepada pengguna.

4.2.1.3 Tujuan Menggunakan Pusaka

Tujuan utama diadakannya program database pusaka adalah sebagai media penelusur informasi. Tetapi tidak menutup kemungkinan pengguna menggunakan pusaka dengan tujuan lain. Berikut tabel 4.2.1.3 memaparkan penadapat responden mengenai tujuan lain menggunakan pusaka sebagai media penelusur informasi.

Tabel 4.2.1.3 Tujuan Menggunakan Pusaka Selain Mencari Informasi

No

Tujuan Penggunaan Pusaka Selain Mencari Informasi

f

%

1

Sekedar mengetahui model teknologi informasi

9

36

2

Mengikuti perkembangan zaman

10

40

3

Mengisi waktu

6

24

Jumlah

25

100

Pada tabel 4.2.1.3 dapat dilihat bahwa hampir setengahnya (40%) tujuan responden menggunakan PUSAKA selain mencari informasi adalah mengikuti perkembangan zaman, sedangkan juga hampir setengahnya (36%) tujuan responden menggunakan PUSAKA adalah sekedar mengetahui model teknologi informasi. Dan hanya sebagian kecil saja (24%) responden yang menggunakan PUSAKA untuk mengisi waktu.

Dari keterangan atas dapat dilihat bahwa hampir setengahnya responden menggunakan PUSAKA selain mencari informasi adalah untuk mengetahui perkembangan zaman, mengingat dewasa ini perkembangan semakin maju dan telah merasuki ke segala bidang dan ke berbagai lapisan masyarakat. Orang menjadi terbiasa dengan surat elektronis (e-mail). Pengguna lebih suka menggunakan program-program pengaksesan informasi melalui komputer daripada datang langsung ke pusat informasi. (Abdul Kadir, 2003).

4.2.1.4 Tujuan Menggunakan Pusaka Sebagai Produk IT

Program database merupakan hasil dari perkembangan teknologi informasi yang dewasa ini semakin maju sesuai dengan perkembangan zaman. Berikut tabel 4.2.1.4 menggambarkan pendapat responden mengenai tujuan lain menggunakan pusaka sebagai produk IT.

Tabel 4.2.1.4 Tujuan Menggunakan Pusaka Sebagai Produk IT

No

Tujuan Penggunaan Pusaka Sebagai Produk IT

f

%

1

Karena PUSAKA cepat dalam proses pencarian informasi

5

20

2

PUSAKA mengandung informasi yang lengkap

13

52

3

PUSAKA merupakan sumber informasi satu-satunya yang dimiliki perpustakaan

7

28

Jumlah

25

100

Berdasarkan pada tabel 4.2.1.4 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden menggunakan PUSAKA sebagai produk teknologi informasi karena PUSAKA mengandung informasi yang lengkap, tercatat sebanyak 13 orang (52%). Sedangkan sebagian kecil tujuan responden adalah karena PUSAKA merupakan sumber informasi satu-satunya yang dimiliki oleh perpustakaan, sebanyak 7 orang (28%) dan sisanya karena PUSAKA cepat dalam proses pencarian informasi sebanyak 5 orang (20%) dari 25 orang responden.

Dari tabel tersebut maka dapat dianalisis bahwa tujuan responden menggunakan PUSAKA sebagai produk IT karena PUSAKA mengandung informasi yang lengkap. Hal itu dikarenakan oleh kecanggihan yang dimiliki PUSAKA sebagai salah satu produk teknologi informasi. Teknologi tidak hanya terbatas pada teknologi komputer (perangkat keras dan perangkat lunak) yang digunakan untuk memproses dan menyimpan berbagai informasi, melainkan juga mencakup teknologi informasi untuk mengirimkan informasi (Martin, 1999)

4.2.1.5 Kecepatan Mencari Informasi

Wartawan selaku pengguna utama pusaka sangat memerlukan informasi yang cepat, berhubung pekerjaan mereka sebagai pemburu berita. Berikut tabel 4.1.2.5 memaparkan pendapat responden mengenai kecepatan pusaka dalam pencarian informasi.

Tabel 4.2.1.5 Kecepatan Pencarian Informasi

No

Kecepatan Pencarian Informasi

f

%

1

Sangat cepat, karena tinggal klik informasi langsung dapat diperoleh

4

16

2

Cukup cepat, karena terkadang proses pengaksesan agak lambat

18

72

3

Kurang cepat, karena proses pencarian sangat lambat

3

12

Jumlah

25

100

Menurut tabel 4.2.1.5 dapat diketahui bahwa sebagian besar 18 orang (72%) responden menyatakan tingkat kecepatan PUSAKA dalam pencarian informasi sangat cepat karena tinggal klik maka informasi langsung dapat diperoleh, sedangkan sebagian kecil 4 orang (16%) menyatakan cukup cepat, dan sisanya 3 orang (12%)menyatakan kurang cepat.

Hal ini menunjukan bahwa untuk mendukung suksesnya atau berhasilnya informasi yang dibutuhkan diperlukan kecepatan akses dimana kecepatan pencarian informasi ditentukan oleh besarnya bandwith dari pusat jaringan.

Kecepatan pencarian informasi dan akses ditentukan oleh karakternya jaringan yang mencakup tiga area yaitu PC, Server, dan Infrastruktur LAN dan WAN (Infokomputer 2001 : 131).

4.2.2 Analisis Frekuensi Penelusuran Informasi Melalui Pusaka

Penulis menguraikan sub variabel ini kedalam 1 pertanyaan penelitian. Dimana pertanyaan tersebut merupakan penjabaran dari indikator penelitian. Berikut ini adalah hasil penelitian terhadap responden mengenai berapa kali wartawan menelusur informasi melalui pusaka dalam 1 Minggu.

Tabel 4.2.2.1 Frekuensi Pemanfaatan Pusaka Dalam 1 Minggu

No

Frekuensi Pemanfaatan Pusaka Dalam 1 Minggu

f

%

1

> 4 kali dalam 1 minggu

10

40

2

4 kali dalam 1 minggu

11

44

3

<>

4

16

Jumlah

25

100

Mengenai frekuensi pemanfaatan pemanfaatan PUSAKA dalam 1 minggu berdasarkan tabel 4.2.2.1 diatas, dapat diketahui bahwa 11 orang (44%) dari 25 responden memanfaatkan PUSAKA 4 kali dalam 1 minggu, sebanyak 10 orang (40%) menyatakan memanfaatkan PUSAKA >4 kali dalam 1 minggu, dan sisanya 4 orang (16%) memanfaatkan PUSAKA <4>

Dari data diatas menunjukan bahwa frekuensi pemanfaatan PUSAKA cukup bagus, walaupun tingkat pemanfaatan PUSAKA di kalangan wartawan masih minim. . Minimnya tingkat penggunaan pusaka bisa dilihat dari aspek promosi dan pelatihan dari pihak perpustakaan. Menurut Harter dan Kim, “walaupun internet gratis, tidak dikenakan biaya bagi pengguna untuk mengakses informasi, mereka secara umum sangat kecil atau minim untuk mulai belajar menggunakan”. (Woodword, 1997).

4.2.3 Analisis Intensitas Pemanfaatan Database Pusaka

Sub variabel ini akan diuraikan kedalam 4 pertanyaan penelitian, dimana pertanyaan tersebut merupakan penjabaran dari indikator penelitian. Berikut ini adalah hasil dari jawaban responden mengenai durasi yang diperlukan setiap menelusur melalui pusaka dan variasi informasi yang kerap diakses wartawan.

4.2.3.1 Durasi Dalam Menelusur Melalui Pusaka

Mengingat pekerjaan seorang wartawan sebagai pemburu berita, mengharuskan setiap berita harus selesai tepat waktu atau sesuai deadline. Waktu yang diperlukan dalam menelusur informasi sangat terbatas. Dapat dilihat dalam tabel 4.2.3.1 gambaran responden mengenai durasi yang diperlukan setiap menelusur melalui pusaka.

Tabel 4.2.3.1 Durasi Dalam Menelusur Melalui Pusaka

No

Durasi Penelusuran Melalui Pusaka

f

%

1

>2 jam dalam satu kali penelusuran

6

24

2

2 jam dalam satu kali penelusuran

16

64

3

<2>

3

12

Jumlah

25

100

Mengenai durasi dalam menelusur melalui PUSAKA pada tabel 4.2.3.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar 16 orang (64%) dari 25 orang responden menelusur melalui PUSAKA selama 2 jam dalam satu kali penelusuran, sedangkan sebagian kecil 6 orang (24%) menelusur melalui PUSAKA selama >2 jam dalam satu kali penelusuran, dan sisanya 3 orang (12%) menelusur <2>

Hal

Tabel 4.2.3.2 Kelengkapan Informasi Yang Diperoleh

No

Kelengkapan Informasi

f

%

1

Sangat lengkap, karena informasi yang dicari dapat ditemukan

6

24

2

Cukup lengkap, karena terkadang informasinya tidak ada

15

60

3

Tidak lengkap, karena setiap mencari informasi selalu tidak ada

4

16

Jumlah

25

100

4.2.3.3 Variasi Informasi Yang Kerap Diakses

Jenis informasi yang kerap diakses wartawan sangat bervariatif sesuai dengan pekerjaannya masing-masing. Mengingat wartawan terbagi dalam berbagai redaktur. Pada tabel 4.2.3.4 memaparkan jawaban responden mengenai variasi informasi yang kerap diakses.

Tabel 4.2.3.3 Variasi Informasi Yang Kerap Diakses

No

Variasi Informasi

f

%

1

Sangat bervariatif

5

20

2

Cukup bervariatif

18

72

3

Tidak bervariatif

2

8

Jumlah

25

100

Tabel 4.2.3.4 Subjek Yang Kerap Ditelusur

No

Subjek Yang Kerap Ditelusur

f

%

1

Politik

8

32

2

Ekonomi

9

36

3

Kriminal

7

28

4

Olahraga

1

4

Jumlah

25

100

4.2.4 Kendala Penelusuran Melalui Pusaka

Sub variabel ini akan diuraikan kedalam 2 pertanyaan penelitian, dimana pertanyaan tersebut merupakan penjabaran dari indikator penelitian. Berikut ini adalah hasil dari jawaban responden mengenai kemudahan menelusur melalui pusaka, dan kendala dalam menelusur melalui pusaka.

Tabel 4.2.4.1 Kemudahan Menelusur Melalui Pusaka

No

Tingkat Kemudahan

f

%

1

Sangat mudah, karena bahasa programnya mudah dimengerti

2

8

2

Cukup mudah, karena waktu pengaksesan terkadang lambat

21

84

3

Tidak mudah, karena terlalu banyak perintah

2

8

Jumlah

25

100

Tabel 4.2.4.2 Kendala Menelusur Melalui Pusaka

No

Kendala Penelusuran

f

%

1

Kemampuan dalam mengoperasikan teknologi informasi

8

32

2

Sibuknya jaringan

15

60

3

Programnya sering eror

2

8

Jumlah

25

100

4.2.5 Pemenuhan kebutuhan Informasi

Sub variabel ini akan diuraikan kedalam 3 pertanyaan penelitian, dimana pertanyaan tersebut merupakan penjabaran dari indikator penelitian. Karakteristik pers yaitu aktualitas, yang berarti informasi apapun yang disuguhkan media pers harus mengandung unsur kebaruan. (Sumadira, 2004 : 113). Berikut ini adalah jawaban responden mengenai pemenuhan kebutuhan informasi, perolehan informasi mutakhir, dan keaktualan informasi yang disuguhkan oleh pusaka.

Tabel 4.2.5.1 Pemenuhan Kebutuhan Informasi

No

Pemenuhan Kebutuhan Informasi

f

%

1

Ya, karena media ini menyediakan berbagai macam informasi

4

16

2

Cukup, karena terkadang informasinya tidak lengkap

19

76

3

Tidak, karena informasinya terlalu singkat

2

8

Jumlah

25

100

Tabel 4.2.5.2 Perolehan Informasi Mutakhir

No

Perolehan Informasi Mutakhir

f

%

1

Sangat mutakhir, karena informasinya cepat dengan masa pemberitaan

5

20

2

Cukup mutakhir, karena informasinya telat 2 Minggu dengan masa pemberitaan

16

64

3

Tidak mutakhir, karena informasi yang diperoleh lewat 4 minggu dari masa pemberitaan

4

16

Jumlah

25

100

Tabel 4.2.5.3 Keaktualan Informasi

No

Keaktualan Informasi

f

%

1

Sangat aktual, karena setiap pencarian informasi terbaru selalu ada

6

24

2

Cukup aktual, karena ada beberapa informasi terbaru tidak ada

17

68

3

Tidak aktual, karena informasi yang terbaru selalu tidak ada

2

8

Jumlah

25

100

4.2.6 Pemenuhan Kebutuhan Informasi Rutin

Sub variabel ini akan diuraikan kedalam 2 pertanyaan penelitian, dimana pertanyaan tersebut merupakan penjabaran dari indikator penelitian. Berikut ini adalah hasil dari jawaban responden mengenai Perolehan informasi rutin yang terkandung dalam pusaka.

Tabel 4.2.6.1 Kandungan Informasi Rutin

No

Perolehan Informasi Rutin

f

%

1

Sangat banyak

5

20

2

Cukup banyak

17

68

3

Tidak banyak

3

12

Jumlah

25

100

Tabel 4.2.6.2 Perolehan Informasi Rutin

No

Perolehan Informasi Rutin

f

%

1

Sangat rutin, terhitung setiap hari senin jam 8 selama 4 minggu selalu dapat informasi

-

-

2

Cukup rutin, terhitung setiap hari senin selama 4 minggu tetapi tidak selalu jam 8

18

72

3

Tidak rutin, bagaimana kebutuhan

7

28

Jumlah

25

100

4.2.7 Pemenuhan Kebutuhan Informasi Mendalam

Sub variabel ini akan diuraikan kedalam 2 pertanyaan penelitian, dimana pertanyaan tersebut merupakan penjabaran dari indikator penelitian. Berikut ini adalah hasil dari jawaban responden mengenai Perolehan Informasi Mendetail Yang Terkandung Dalam Pusaka, dan Pemakaian Media Penelusuran.

Tabel 4.2.7.1 Perolehan Informasi Mendetail

No

Perolehan Informasi Mendetail

f

%

1

Sangat mendetail

2

6

2

Cukup mendetail

17

68

3

Tidak mendetail

6

24

Jumlah

25

100

Tabel 4.2.7.2 Pemakaian Media Penelusuran

No

Pemakaian Media Penelusuran

f

%

1

PUSAKA

1

4

2

Media cetak, seperti koran, majalah, buku

20

80

3

Media lain, seperti TV, Radio, Internet

4

16

Jumlah

25

100

4.2.8 Pemenuhan Kebutuhan Informasi Sekilas

Sub variabel ini akan diuraikan kedalam 2 pertanyaan penelitian, dimana pertanyaan tersebut merupakan penjabaran dari indikator penelitian. Berikut ini adalah hasil dari jawaban responden mengenai Perolehan Informasi Sekilas atau Brief News Dari Pusaka, dan Pemanfaatn Informasi Sekilas.

Tabel 4.2.8.1 Perolehan Informasi Brief News

No

Perolehan Informasi Brief News

f

%

1

Semua Brief News yang dicari dapat diperoleh

3

12

2

Sebagian besar Brief News yang dicari dapat diperoleh

17

68

3

Sangat sedikit Brief News yang dicari dapat diperoleh

5

20

Jumlah

25

100

Tabel 4.2.8.2 Pemanfaatan Brief News

No

Pemanfaatan Brief News

f

%

1

Mendapatkan artikel secara lengkap kemudian mencetaknya

5

20

2

Melihat artikel secara lengkap

11

44

3

Melihat daftar bibliografi dan abstraknya kemudian mencetaknya

9

36

4

Hanya melihat daftar bibliografi beserta abstraknya

Jumlah

25

100

4.2.8 Saran Responden

Tabel 4.2.8 Saran Responden

Isi

Tampilan

Kecepatan

4.3 Tabulasi Silang

Pada bagian ini akan diuraikan data dengan menggunakan tabulasi silang. Tujuannya untuk mengetahui kaitan antara variabel pemanfaatan database PUSAKA dengan variabel pemenuhan kebutuhan informasi wartawan yang dikemukakan dalam variabel penelitian.

Tabel 4.3.1 keterkaitan antara kecepatan proses pencarian informasi dengan pemenuhan kebutuhan informasi terbaru melalui Pusaka

Kecepatan pencarian informasi melalui Pusaka

Pemenuhan kebutuhan informasi terbaru melalui Pusaka

Jumlah

Ya, terbiasa memenuhi kebutuhan informasi mutakhir melalui Pusaka

Tidak terbiasa memenuhi kebutuhan informasi terbaru melalui Pusaka

f

%

f

%

f

%

Sangat cepat

Cukup cepat

Tidak cepat

Jumlah


Tabel 4.3.2 Keterkaitan antara frekuensi penelusuran informasi melalui dalam 1 Minggu Pusaka dengan pemenuhan kebutuhan informasi rutin

Frekuensi penelusuran informasi melalui Pusaka dalam 1 minggu

Pemenuhan kebutuhan informasi rutin melalui Pusaka

Jumlah

Sangat rutin, terhitung selama 1 minggu selalu dapat informasi

Tidak rutin, tergantung kebutuhan

f

%

f

%

f

%

>8 kali dalam 1 minggu

8 kali dalam 1 minggu

<8>

Jumlah


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Bertitik tolak dari hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian tentang pemanfaatan database PUSAKA terhadap pemenuhan kebutuhan informasi wartawan Harian Umum Pikiran Rakyat, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Tujuan wartawan dalam menggunakan Database PUSAKA adalah sebagai media penelusur informasi guna memenuhi kebutuhan informasi berdasarkan kelengkapan dan keragaman informasi yang terkandung dalam pusaka, selain itu juga dikarenakan oleh informasi yang aktual dan mendetail yang dimiliki pusaka sehingga membantu tugas wartawan sebagai pencari berita.

2. Frekuensi wartawan dalam melakukan penelusuran informasi melalui PUSAKA dalam 1 minggu minimal 4 kali. Frekuensi tersebut dapat terus meningkat tergantung kebutuhan wartawan dalam mencari informasi.

3. Intensitas wartawan dalam melakukan pengaksesan informasi melalui PUSAKA rata-rata setiap harinya mengakses tidak lebih dari 45 menit. Hal itu disebabkan karena keterbatasan waktu seorang wartawan yang pekerjaannya sebagai pemburu berita, mengingat setiap berita harus selesai tepat waktu atau sesuai deadline.

4. Kendala yang sering ditemui wartawan ketika melakukan penelusuran melalui PUSAKA, adalah Mengingat pusaka merupakan alat bantu baru yang disediakan oleh perpustakaan, sehingga para wartawan masih belum mengetahui keunggulan yang dimiliki pusaka. Disamping itu kurangnya promosi dan pengenalan oleh pihak perpustakaan kepada pengguna mengakibatkan wartawan ragu menggunakan pusaka sebagai media penelusur informasi.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian terhadap pemanfaatan database PUSAKA dalam memenuhi kebutuhan informasi wartawan HU. Pikiran Rakyat, maka saran yang dapat diajukan adalah sebagai berikut :

Bagi program database PUSAKA sebagai media penelusur informasi di HU. Pikiran Rakyat, yaitu :

1. Sebagai media penelusur informasi, database PUSAKA diharapkan agar menambah atau paling tidak mempertahankan kelengkapan, keragaman, dan keaktualan informasi yang dikandungnya. Sehingga pengguna merasa puas dalam menelusur informasi melalui PUSAKA.

2. Berkaitan dengan belum optimalnya pemanfaatan database PUSAKA yang disediakan oleh perpustakaan Harian umum Pikiran Rakyat alangkah lebih baiknya ditingkatkan promosi dalam bentuk penyebaran pamflet mengenai fasilitas yang ada di perpustakaan, hasil penelusuran bisa menjadi contoh dengan dipasang di depan komputer masing-masing wartawan agar menarik wartawan untuk menggunakan PUSAKA sebagai media penelusur informasi, serta adanya user guide atau petunjuk pemakain dalam menggunakan database PUSAKA.

3. Untuk kenyaman dalam memanfaatkan database PUSAKA beberapa saran yang terangkum dari wartawan menyatakan agar akses informasinya dipercepat dengan cara ditambahnya kualitas jaringan seperti PC, Server, dan Infrastuktur LAN & WAN sehingga kecepatan penelusuran dan aksesnya menjadi lebih baik.

4. Berhubung database merupakan program baru dalam menelusur informasi maka seyogyanya staf pengelola informasi atau perpustakaan mengadakan pengenalan dan pelatihan secara intensif kepada pengguna.